“MENGIKUTI GEMBALA YANG BAIK”

— No.: 02/01/XXVI/2025 | Minggu, 12 Januari 2025| Bahan: Yohanes 21:15-23

Kepercayaan Tuhan kepada Simon Petrus dengan memercayakan tongkat penggembalaan adalah gambaran nyata dari keagungan dan keajaiban kasih karunia atau anugerah Allah. Petrus yang pernah gagal terjatuh menyangkali Tuhan sebanyak tiga kali ternyata tak menyurutkan aliran kuasa kasih karunia membuka ruang pemulihan bahkan kepercayaan. Pertanyaan Tuhan “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?” seolah terkesan menggugat secara tajam kedalaman hati Petrus terhadap Sang Guru yang pernah dikhianati, namun sesungguhnya justru menantang Petrus untuk masuk ke dalam diri batin membangun kesadaran diri secara tulus tanpa jumawa. Tangisan Petrus terhadap pertanyaan Tuhan yang diulang sebanyak tiga kali menunjukkan kesadaran kerapuhan diri yang pernah gagal namun mau bangkit dalam kerapuhan untuk menetapkan hati mengasihi Tuhan, sehingga dengan sisa-sisa keberaniannya dia berujar, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”

Kepercayaan itu mahal, sehingga siapa yang sanggup memberikan itu kepada seorang yang pernah mengkhianati demikian dalam dan menyakitkan? Hanya Tuhan Yesus yang sanggup dan itu terbukti atas Simon Petrus, “Gembalakanlah domba-domba-Ku!”  Apakah tidak beresiko? Pasti! namun inilah keagungan dan keajaiban kasih karunia yang sanggup memeluk kerapuhan bahkan kejatuhan. Nah inilah sesungguhnya dasar dari spiritualitas Kristen yang bukan bertumpu pada kesalehan atau kekuatan manusia melainkan keajaiban kasih karunia Allah yang mengangkat menyelamatkan memeluk dan memulihkan bukan menghakimi dan menghukum.

Penebusan, penyelamatan, pemulihan hingga kepercayaan nyata dalam karya agung Tuhan Yesus inilah yang membuat dunia menemukan pengharapan, bukan hanya dengan perkataan tetapi bukti nyata sebagaimana IA berkata: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yohanes 10:10-11).

Nah, ini bedanya dengan agama yang membangun dirinya dalam legalisme, yang manifestasinya pasti penghakiman yang berujung pada penghukuman dan akibatnya pasti adalah kebinasaan. Kristus Tuhan Gembala yang baik yang memberikan nyawa-Nya bagi kita datang membawa kasih karunia yang mulai dengan pengampunan yang berorientasi pada pemulihan dan itu yang membawa kehidupan. Jalan ini yang perlu kita jalani, jalan Sang Gembala, Guru Agung kita.

Jadi kepercayaan itu sesungguhnya adalah sebuah undangan untuk berjalan mengikut Tuhan, yang dimulai dari pengenalan akan DIA yang membawa transformasi sebagaimana pertanyaan Tuhan kepada Simon “Menurutmu siapakah Aku ini?” dan berlanjut kepada pertobatan, kesadaran diri serta komitmen melalui menjawab pertanyaan, “Apakah engkau mengasihi Aku?”. Jika itu sudah terjawab maka dengarlah perkataan Sang Gembala Agung yang telah memberikan nyawaNya untuk kita, “Ikutlah Aku!”. (AWM-Ros)

Oleh: Pdt. Agus W. Mayanto

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *