“BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN”

—- No.: 45/11/XIX/2018 | Minggu, 11 November 2018 | Mikha 1:1-7 —-

 “Semuanya ini terjadi karena pelanggaran Yakub, dan karena dosa kaum Israel. Pelanggaran Yakub itu apa? Bukankah itu Samaria? Dosa kaum Yehuda itu apa?

Bukankah itu Yerusalem? Sebab itu Aku akan membuat Samaria menjadi timbunan puing di padang, menjadi tempat penanaman pohon anggur. Aku akan menggulingkan batu-batunya ke dalam lembah dan akan menyingkapkan dasar-dasarnya.” (Mikha 1:5-6)

Kebanyakan penafsir Alkitab menyatakan bahwa kitab Mikha ditulis oleh Mikha sendiri sesuai dengan judul Kitab. Diperkirakan rentang waktu penulisan kitab ini antara 740-701 SM pada zaman pemerintahan raja Hizkia. Mikha menulis kitab ini pada pemerintahan Yotam, Ahas, dan Hizkia. Sebagai nabi, ia berbicara sebagai perwakilan dari kehendak Tuhan. Sebagai orang biasa, ia memiliki pengetahuan dasar akan kesengsaraan kaum kecil di pedalaman dan dipersiapkan dengan cermat untuk menyuarakan murka Allah.

Mikha berdasarkan perintah TUHAN (1) menyampaikan murka-Nya atas Israel dan Yehuda. Murka Allah sudah mencapai puncak kemarahan-Nya dan tidak dapat dibendung lagi. Lihatlah TUHAN menyatakan diri-Nya melalui peristiwa dahsyat, seperti gempa bumi dan gunung berapi (3b-4). Seluruh ciptaan-Nya harus merasakan murka-Nya. TUHAN memanggil, meminta untuk didengarkan oleh seluruh manusia dan alam semesta. Allah ingin didengarkan. Namun, tiada seorang pun yang dapat berlindung dari murka TUHAN, baik orang berkedudukan tinggi maupun yang rendah. Kemarahan Tuhan disebabkan oleh dosa Yerusalem dan Samaria.

Ketika mereka diadili, bukannya mengakui dosa, malahan menantang agar dosa mereka ditunjukkan. Mereka mengajukan gugatan banding tentang dosa Israel dan Yehuda (5), karena merasa Tuhan tidak sepatutnya memurkai mereka. Karena itu TUHAN menghancurkan Samaria, kotanya dan berhalanya (6, 7). Hukuman TUHAN bertujuan membersihkan, agar kita siap untuk ditanami.

Murka TUHAN dapat menimpa siapapun, bahkan umat kesayangan-Nya. Kita tidak perlu mencari pembenaran diri di hadapan TUHAN. Ketika diperingatkan-Nya, kita sepatutnya mendengar dan bersyukur. Karena peringatan dan penghukuman dari Tuhan adalah cara Tuhan mendisiplin kita agar hidup kudus dan benar di hadapan-Nya.

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *