“MEMBANGUN DISIPLIN ROHANI”

—- No.: 10/03/XX/2019 | Minggu, 10 Maret 2019 | 1 Korintus 9 : 27 —-

Apa itu disiplin rohani? Beberapa ungkapan berikut ini menjelaskan secara sederhana tentang apa itu disiplin rohani. Disiplin rohani adalah: suatu kegiatan sendiri dan atau bersama-sama yang dilakukan sebagai cara untuk menempatkan diri kita di hadapan Tuhan agar Ia dapat bekerja di dalam kita.  Disiplin rohani adalah sebuah latihan pikiran dan emosi untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk menumbuh-kembangkan sifat, karakter dan pola perilaku rohani agar mencapai tingkat pertumbuhan kedewasaan rohani. Secara etimologis disiplin rohani terdiri dari dua kata yaitu disiplin dan rohani yang makna harfiahnya sudah kita ketahui semua. Yang menarik adalah; kata “disiplin”, dalam Perjanjian Lama mengandung arti: menghajar (Mazmur 94:10), mendidik (Amsal 9:7), mengajar (Ulangan 4:36), menghajar/menghukum untuk kebaikan (Imamat 26:18, 28; Amsal 19:18). Sedangkan dalam Perjanjian Baru kata disiplin  lebih menekankan pada pendidikan dan latihan. Oleh karena disiplin rohani adalah sebuah cara atau sebuah kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, maka diperlukan komitmen yang kuat di awal, kemudian dilakukan dengan latihan secara berulang-ulang agar menghasilkan sebuah karakter atau kebiasaan baru sebagaimana yang diinginkan. Bagaimana memulainya?

Memiliki komitmen yang kuat (Yosua 24:15)

Untuk memulai sebuah gerakan disiplin rohani, diperlukan landasan sikap dan tekad yang kuat, yaitu komitmen untuk melakukan sesuatu. Tanpa adanya komitmen yang kuat, mustahil seseorang dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Teks di atas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yosua menyatakan komitmennya bahwa ia bertekad membawa seluruh anggota keluarganya untuk hidup taat menyembah Allah, sementara orang-orang di sekelilingnya banyak yang menyembah berhala. Tentu saja Yosua sadar akan tantangan yang dihadapi di balik komitmennya yang tegas itu. Lingkungan yang tidak mendukung, kesibukan masing-masing anggota keluarganya, sarana prasarana yang belum memadai, dan lain-lainnya.

Melatih diri secara berulang-ulang (Ulangan 6:7-9)

Orang Yahudi kuno punya cara sendiri untuk melatih anak-anak mereka dalam hal pengetahuan dan nilai-nilai moral serta kerohanian, yaitu mengajarkan nilai-nilai tersebut secara berulang-ulang di berbagai situasi dan kesempatan. Tujuannya agar anak-anak mereka menjadi terbiasa melakukannya dan mendapatkan hasil yaitu perubahan karakter sesuai yang diinginkannya. Paulus, dalam surat 1 Korintus 19, menggunakan analogi dunia olahraga untuk menjelaskan tentang latihan rohani yang baik. Di Yunani ada event olahraga besar setingkat di bawah olimpiade yang diadakan di kota Korintus yang diadakan setiap 3 tahun sekali. Para olahragawan akan mempersiapkan diri dengan latihan-latihan selama 10 bulan sebelum perlombaan, tujuannya agar mendapatkan mahkota yang terbuat dari daun-daunan. (ay 25). Paulus memilih contoh cabang olahraga lari dan tinju (ay. 26) untuk menunjukkan pentingnya berlatih secara berulang-ulang demi hasil yang diharapkan.

Menjadikan kebiasaan (Daniel 6:11)

Rumus sederhana dalam proses disiplin rohani adalah: membangun komitmen, berlatih atau melakukan secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan. Proses ini tampaknya sederhana, tetapi sesungguhnya tidaklah mudah. Menuntut adanya ketekunan, kesabaran dan tidak jemu-jemu untuk melakukannya. Daniel telah memiliki pola perilaku yang telah menjadi kebiasaan untuk dilakukan setiap hari, yaitu: berlutut, berdoa, memuji Allah, tiga kali dalam sehari. Apapun kesibukannya, tidak menghalangi untuk melakukan kegiatan penyembahan tersebut karena telah melekat menjadi kebiasaan yang sukar ditinggalkan. Hasil yang diperoleh Daniel dari kedisiplinan melakukan hal-hal rohani adalah; Daniel melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja dalam hal kecakapan intelektualnya, kerohaniannya. Dan Daniel bertumbuh secara rohani dan dia memiliki roh yang luar biasa. (Daniel 6:4).

Membangun disiplin rohani bukanlah proses yang terjadi secara instan, melainkan terjadi secara simultan, mulai dari membangun komitmen, melakukannya secara berulang-ulang untuk membentuk kebiasaan yang diinginkan. Meskipun bukan proses yang instan, tetapi tidak ada istilah terlambat untuk dilakukannya. Maka mulailah dari sekarang.

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *