“MENGATASI KEPAHITAN”

—- No.: 23/06/XX/2019 | Minggu, 09 Juni 2019 | Ibrani 12:14-15 —-

Setiap orang pada suatu waktu, pasti pernah mengalami bahwa dia dikecewakan oleh orang lain. Pada saat itu dia bisa mengampuni atau menjadi pahit hati dan menolak karena merasa dihina atau disakiti. Orang yang menjadi tempat berlabuh kemarahan sering tidak menyadari bahwa itu akan meracuni kehidupannya sendiri dengan rasa marah. Jangan membiarkan kepahitan mengakar dalam diri kita dan hidup kita.  Perhatikan bahwa kepahitan dijelaskan sebagai suatu akar. “Pikirkan hal ini”. Akar tidak bisa dilihat karena berada jauh di dalam tanah. Tetapi Anda dapat merasakan dan melihatnya dari buah yang dihasilkannya. Akar yang pahit menghasilkan buah yang pahit juga. Karena itu kalau dalam diri kita mengalami kepahitan, maka kepahitan ini akan mempengaruhi seluruh bidang kehidupan kita.

Bapak/ibu terkasih “akar pahit” dalam bahasa Yunani yatiu “pikria” yang berasal dari akar kata “pik” artinya: Runcing atau tajam. Ini mengacu pada sesuatu yang memotong dan tajam. Dalam Kamus Alkitab Yunani-Indonesia karangan Barclay M. Newman Jr, kata akar pahit ini mengacu pada beberapa pengertian seperti: Menjadi pahit, bertingkah laku keras, iri hati, dengki dan sakit hati.  “Akar pahit” ini sebagai empedu pahit, kepahitan karena rasa tidak puas; “serapah” sebagai akibat dari kebencian di dalam hati.  Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa akar pahit adalah sesuatu yang tajam/runcing (iri hati, sakit hati, dengki bahkan kebencian dan tingkah laku keras) yang dapat melukai dan atau merusak orang itu sendiri dan orang lain; teristimewa mereka yang berhubungan dekat dengan orang tersebut. Akar pahit tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi sesuatu yang membangun. Ia selalu bersifat merusak/mencemarkan.

Bapak/ibu terkasih, akibat dari ketidakmampuan kita untuk mengatasi kepahitan mampu membuat orang kehilangan pegangan atau harapan dan bisa mengarah kepada sikap sinis, bahkan kasar terhadap Tuhan (Rut 1: 21-22).  Kepahitan adalah proses matinya hati nurani seseorang, atas rasa belas kasihan dan juga ketidakpedulian kepada dirinya sendiri, orang lain/lingkungan sekitarnya. Kenapa kepahitan hati itu, bisa dibilang  sebagai proses. Karena sesungguhnya setiap kepahitan hati itu terjadi  bukan karena sebuah kekecewaan yang dialaminya saja.  Justru kepahitan hati terjadi karena kekecewaan yang terjadi secara berulang-ulang (berakumulasi) yang ia alami.

Bapak/ibu terkasih, agar kita dapat “Mengatasi Kepahitan” maka Tuhan Yesus memberikan solusinya agar kita dapat belajar dari diri-Nya karena Ia lemah lembut dan rendah hati, sehingga Ia akan memberikan kelegaan kepada kita. Berikut ini beberapa hal penting dari Firman Tuhan yang dapat menolong kita:

  1. 1 Petrus 2 : 23; Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
  2. Matius 6 : 14,15; “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
  3. Roma 12 : 14,19; “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! …Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”
  4. Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Korintus 13:5) dan menutupi banyak dosa (1 Petrus 4:8).

Bapak/ibu terkasih, kiranya Tuhan menolong kita agar dapat mengatasi akar kepahitan dalam diri kita.

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *