“KEMENANGAN CINTA SEJATI” (Bulan Keluarga Sinode GKMI – Juli 2020)

—- No.: 27/7/XXI/2020 | Minggu, 5 Juli 2020 | Kidung Agung 8:5-14 —-

Kitab Kidung Agung : Cinta Sejati dan Kesetiaan

Kitab Kidung Agung mungkin agak asing bagi setiap kita.  Maksudnya asing adalah, dalam berbagai kesempatan jarang dibaca dan juga jarang dikotbahkan.  Dirasakan bahwa isi kitab Kidung Agung terkesan vulgar.  Meski demikian, Alkitab adalah Firman Allah, tetapi bukan berarti segala sesuatu yang tertulis di dalam Alkitab berbicara atau mengutip langsung perkataan Allah.  Alkitab yang adalah Firman Allah, justru Allah hendak mengemukakan perhatian-Nya pada persoalan hakiki atau mendasar dari umat manusia.  Dalam arkelogi atau sejarah kuno Israel, Kitab Kidung Agung yang berisi kidung cinta ini yang biasa dinyanyikan dalam pesta perkawinan orang Israel zaman dahulu.

Ada 4 (empat) tokoh yang terlibat atau diungkap.  Pertama ada raja Salomo, sang pencinta ulung, kedua gadis Shulam, seorang kekasih setia.  Ketiga, ada penghuni harem Salomo, yaitu yang disebut sebagai Putri-Putri Yerusalem dan yang terakhir, keempat ada tokoh gembala desa, kekasih dari gadis Shulam.

Kitab Kidung Agung menceritakan ada sepasang sejoli, seorang pemuda yang adalah penggembala domba (Kidung Agung 1: 7-8 dll.) dan seorang pemudi, penjaga kebun anggur keluarga (Kidung Agung 1: 6). Hampir sepanjang Kitab Kidung Agung berisi sapaan-sapaan mesra pemudi atau gadis Shulam dengan pemuda yang adalah gembala domba itu. Gadis Shulam meminta kepada kekasihnya, gembala domba untuk menaruhnya seperti meterai (Kidung 8: 6).  Itu menunjukkan bahwa gadis Shulam tidak mau berpisah dengan gembala domba, kekasihnya.

Ternyata kisah cinta sejati dari dua sejoli, mendapat hambatan atau gangguan.  Gadis Shulam diboyong ke harem untuk dijadikan salah satu gundik Salomo.  Raja Salomo berupaya untuk mendapatkan cinta dari Gadis Shulam.  Apakah raja Salomo itu berhasil?  Gadis Shulam tetap berpendirian kokoh, dia tidak silau atau tidak terpengaruh dengan bujuk rayu dari Raja Salomo.  Kepada Raja Salomo, gadis Shulam mengatakan, “kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.” (Kidung 7: 10).  Perkataan gadis Shulam ini, menegaskan bagaimana keteguhan hatinya.

Pembelajaran berdasarkan kitab Kidung Agung, pertama, cinta sejati, tidak dapat terkalahkan oleh apapun juga.  Entahkan oleh sanjungan, harta benda atau apapun juga.  Cinta sejati itu perlu dan layak dipertahankan dan dibangun.  Kedua, kesetiaan, Orang yang memiliki cinta sejati maka dia akan setia terhadap pasangannya.  Orang yang memiliki cinta sejati, akan tetap setia terhadap pasangannya, bagaimanapun kondisi dari pasangannya tersebut.  Ketiga, adalah bagaimana merawat cinta sejati dan kesetiaan itu?  Untuk kaum pria atau kaum bapak, adalah selalu mengingat, meteraikan dalam pikiran dan hati bahwa istri yang sekarang ini adalah memang hanya satu-satunya.  Jangan memikirkan yang lain.  Untuk kaum ibu atau para istri, untuk merawat cinta yang sejati dan kesetiaan terhadap suami, jangan tergiur dengan harta atau kesuksesan suami orang lain.  Puaskan dengan apa yang dipercayakan oleh TUHAN.

Untuk kalangan muda, yang belum menikah atau bahkan belum memiliki pacar.  Pertanyaannya, apakah model gadis Shulam dan Gembala domba itu masih ada sampai sekarang?  Maksudnya apakah cinta sejati dan kesetiaan itu masih ada sampai sekarang ini?  Terlebih diera yang begitu sulit sekarang ini, masa sih mau hidup dengan cinta?  Persiapkan diri untuk memasuki jenjang hidup berkeluarga dengan bekerja sungguh-sungguh.

Penutup

Cinta sejati dan kesetiaan sudah ditunjukkan dan dibuktikan oleh Allah!  Ketika manusia pertama, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, meski Allah menjatuhkan hukuman, tetapi Allah yang Maha Kasih itu menunjukkan cinta sejatinya kepada manusia yang sudah berdosa dengan menjanjikan hadirnya Juru Selamat untuk menebus manusia dari kungkungan dosa.  Allah setia, menunjukkan kasihNya dengan mengutus AnakNya yang Tunggal untuk menjadi Juru Selamat setiap kita.  Asal kita percaya dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka kita menerima anugerah keselamat itu.  Cinta Sejati dan kasih setia Allah Tritunggal masih terus kita rasakan sampai saat ini, meskipun kita sedang mengalami situasi yang sedemikian sulit, Allah Tritunggal tetap memelihara kehidupan setiap kita.

Oleh: G.I. Sadrach Lewi

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *