“ISHAK: BERKAT BAGI YANG CINTA DAMAI”

—- No.: 37/9/XXII/2021 | Minggu, 12 September 2021 | Kejadian 26:12-33 —-

Apa yang terlintas di benak kita ketika berbicara tentang sebuah keadaan yang “Damai”? Yang seringkali muncul di pikiran kita, “perdamaian” merupakan sesuatu yang dapat terwujud ketika tidak ada “konflik”. Sebuah keadaan yang aman tentram, tidak ada masalah, tidak ada cekcok, tidak ada selisih paham. Namun apakah keadaan yang “ideal” ini dapat terjadi? Dalam bagian firman Tuhan yang kita renungkan, melalui kisah kehidupan Ishak yang ber-“konflik” dengan orang Filistin, kita bisa melihat bahwa perdamaian tidak harus selalu terwujud ketika “tidak ada konflik”. Perdamaian dapat terjadi ketika kita dapat merespons konflik dengan benar.

Ishak adalah seorang pendatang atau orang asing yang sukses di negeri orang karena kerja keras dan berkat dari Allah. Penduduk setempat (Filistin) merasa iri, menghambat rezeki, dan mengusir Ishak. Meskipun ia harus menghadapi “konflik” dengan orang Filistin, ia tetap dapat menjadi pembawa damai di tengah masalah yang ia hadapi. Setidaknya ada 3 hal yang dapat kita teladani dari Ishak agar dapat menjadi seorang pembawa damai. Pertama, Ishak adalah pribadi yang taat (ayat 24-25). Keputusan Ishak tinggal di wilayah Gerar diawali dengan perintah Tuhan kepada Ishak (ayat 2-6). Kepatuhan Ishak kepada perintah Tuhan ditunjukkan juga ketika Ishak memutuskan tinggal di Bersyeba (Syeba) dan mendirikan mezbah di sana (ayat 24-25). Perdamaian antara Ishak dan orang-orang Filistin dimungkinkan karena Ishak patuh pada perintah Tuhan. Kedua, Ishak adalah pribadi yang mengalah (ayat 15-21). Alkitab tidak mencatat, apakah Ishak melawan atau tidak. Tetapi, Alkitab menuliskan bahwa Ishak memilih untuk pindah tempat, setiap kali ia diganggu oleh orang-orang Filistin. Bahkan ketika Abimelekh mengusir Ishak juga tidak membela diri. Ishak memilih mengalah untuk pindah tempat. Lalu yang terakhir, Ishak adalah pribadi yang memaafkan (ayat 30-31). Ishak menerima perlakuan tidak menyenangkan dari Abimelekh dan orang-orang Filistin, namun hal ini tidak membuat Ishak mendendam atau kepahitan. Ishak tidak marah apalagi membalas dendam. Ia bahkan memaafkan orang-orang yang membencinya dan menjamu mereka untuk makan minum bersama, serta bersumpah untuk mewujudkan perdamaian. Sebuah teladan pembawa damai yang luar biasa.

Meneladani kehidupan Ishak sebagai seorang pembawa damai tentu tidak mudah. Ketika harus menghadapi sebuah konflik, natur keberdosaan membuat kita cenderung tidak mau mengalah. Namun inilah salib yang harus kita pikul. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita tentang kepatuhan, sikap mengalah dan sikap memaafkan. Tuhan mengatakan bahwa setiap orang yang patuh dan melakukan Firman Allah akan masuk dalam Kerajaan Sorga (Matius 7:21). Tuhan akan menganugerahkan berkat bagi setiap orang yang taat kepada-Nya dan membawa cinta damai. Seperti Ishak yang menetap di tanah Gerar dan diberkati Tuhan dengan sangat melimpah. Tuhan juga menjanjikan kita sebuah berkat. Matius 5:9 mengatakan “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Tuhan menjanjikan kita bukan sekedar berkat materi, namun sebuah identitas yang baru, yaitu anak-anak Allah. Kiranya kita dapat menjadi anak-anak Allah yang senang mejadi pembawa damai. Amin.

Ev. Nicholas Evan Setiawan

 

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *