“HANYA YANG TERBAIK”

—- No.: 50/12/XXII/2021 | Minggu, 12 Desember 2021 | Matius 2:1-12  —-

Natal, merupakan sebuah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak karena pada hari itu ia bisa mendapatkan “Hadiah” selain di hari ulang tahunnya. Seiring beranjak dewasa, kita belajar bahwa di momen Natal kita tidak sekedar mendapatkan hadiah berupa barang maupun uang, sebab peristiwa Natal itu sendiri merupakan “Hadiah Terindah” yang Tuhan berikan kepada manusia. Namun, sadarkah kita bahwa Natal tidak hanya berbicara tentang “mendapatkan hadiah” melainkan juga tentang kita yang memberikan “Hadiah Terbaik” untuk Tuhan?

Setelah Tuhan Yesus lahir, sambutan yang dicatat di dalam Injil Matius adalah sambutan dari orang-orang Majus. Mereka adalah orang-orang yang ahli di dalam perbintangan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan Babel dan Persia. Tetapi entah mengapa, pengaruh dari ilmu kafir itu ternyata membuat mereka mengambil kesimpulan bahwa ada raja agung yang akan lahir. Mereka tahu bahwa ada seorang raja yang akan lahir, namun mereka tidak tahu “siapa” dan “di mana” raja itu akan lahir, sampai ketika mereka bertemu raja Herodes dan mendengarkan firman Tuhan. Firman Tuhan dalam Mikha 5:1 yang dikutip oleh ahli-ahli Tauratlah yang menunjukkan kepada orang majus di mana “Sang Raja” akan lahir. Hal ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya cara untuk tiba kepada kebenaran yang final, haruslah melalui firman Tuhan (ayat  4-6). Dan bahwa Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja untuk menggenapi setiap rencana-Nya.

Ketika orang-orang Majus bertemu dengan sang raja, hati mereka limpah dengan sukacita (ayat 10). Dan bahkan ayat 11 mengatakan bahwa mereka membawa hadiah yang terbaik bagi sang Raja yang baru lahir itu. Persembahan yang mereka berikan ini menujukkan seberapa besar mereka bersyukur dan rindu untuk bertemu dengan sang Raja yang baru lahir itu. Ketika orang-orang majus memberikan persembahan kepada Yesus, mereka seakan-akan ingin menyampaikan bahwa, “Kami bersukacita bukan karena kami ingin mendapatkan sesuatu dari Yesus, sebab itulah kami membawa hadiah-hadiah ini. Melainkan karena kami menginginkan Yesus sendiri, karena Kristus adalah harta terbesar bagi kami.” Orang-orang Majus tahu siapa raja yang seharusnya mereka hormati. Sebab itulah peristiwa ini diikuti dengan sebuah adegan di mana mereka sujud menyembah Yesus (ayat 11), serta tidak melakukan perintah yang Herodes berikan (ayat 7-8) dengan mengambil jalan lain ketika mereka pulang.

Kisah pertemuan orang-orang Majus dengan Kristus ini mengajak kita untuk merenungkan, apakah kita sudah memiliki sikap hati seperti orang-orang Majus? Apakah kita benar-benar menginginkan “Pribadi Yesus”? atau hanya sekedar menginginkan “berkat” dan “sesuatu” dari-Nya? Hati yang haus dan merindukan Yesus, akan terlihat dari sikap menyembah yang mau memberikan diri bagi Tuhan, tunduk, serta mentaati kehendak-Nya dalam hidup kita. Maukah kita memberikan hadiah yang terbaik bagi Yesus sebagaimana Ia telah memberikan yang terbaik bagi kita?

Oleh: Sdr. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *