“KARENA ENGKAU MENGASIHI AKU…”
by Pdt. Eddy SS
—- No.: 31/7/XXIII/2022 | Minggu, 31 Juli 2022 | Bahan: Yohanes 21:15-19 —-
Keluarga, sebagai komunitas umat Allah, bukan lembaga yang sempurna. Di dalamnya terdiri dari orang-orang berdosa. Jatuh bangun dalam kehidupan berkeluarga menjadi dinamika sehari-hari yang harus dijalani dan dilewati. Menjadi keluarga yang saling memulihkan dan saling percaya menjadi proses perjuangan kita semua di dalam menunaikan panggilan hidup mengeluarga.
Keluarga sebagai komunitas umat Allah, meletakkan pengharapannya di dalam kasih karunia Allah yang telah membebaskannya dari dosa. Di dalam ketidaksempurnaannya sebagai komunitas, keluarga adalah suci, karena telah mengalami pemulihan melalui karya Kristus di atas salib. Seperti halnya Petrus yang gagal dalam mengiring Tuhan Yesus, keluarga juga seringkali gagal dan jatuh. Namun Tuhan tidak membiarkan keluarga jatuh dan jauh dari Tuhan. Seperti hanya Petrus, setiap keluarga tetap diberikan amanat untuk saling memberi makan, mengajar, menolong, memelihara, memimpin dan menjaga satu kepada yang lain.
Rasul Paulus menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah anggota-anggota dari rumah tangga Allah (Efesus 2:19). Mereka dihimpunkan dalam sebuah keluarga Allah, yaitu jemaat Allah yang hidup (1 Timotius 3:15). Keluarga dalam perspektif Paulus adalah kumpulan orang, bukan tempat berkumpulnya mereka.
Di dalam keluarga kepedulian satu dengan yang lain diasah dan terus diuji. Mereka dapat menunjukkan kepedulian yang sama, menderita bersama, dihormati bersama, dan bersukacita bersama (1 Korintus 12:24-26). Kepedulian ini muncul dalam bentuk dukungan yang disampaikan secara nyata, atau pemulihan dari kesalahan, serta tanggungjawab memberi nasihat, teguran dan perbaikan perilaku atau sikap yang menyimpang dari ajaran Tuhan.
Menjadi keluarga adalah perjalanan sentrifugal, perjalanan keluar memainkan peran sebagai gembala bagi sesama. Perjalanan itu dimulai dari dalam keluarga ketika setiap umat yang berada di dalamnya merasakan keamanan, kenyamanan dan damai sejahtera. Kepekaan untuk mendengar kehendak Allah harus senantiasa dipertajam,dan takut akan Tuhan semakin diperkuat, dan siap bekerja keras membangun komunitas yang lebih luas, yaitu masyarakat. Amin.
Disadur dari rancangan khotbah bukan keluarga sinode GKMI tahun 2022
Oleh: Pdt. Eddy SS
Recommended Posts
“PERSEMBAHAN ROHANI DARI IMAMAT KUDUS”
November 14, 2024
“TUHAN, KEADILAN KITA”
November 07, 2024
“DIUTUS UNTUK MENYAMPAIKAN KABAR BAIK”
November 01, 2024