“DAMAI DALAM BAYANGAN KEKERASAN”

—- No.: 37/9/XXIII/2022 | Minggu, 11 September 2022 | Bahan: Yohanes 11:45-53; 14:15-31  —-

Beberapa waktu belakangan ini, berita tentang kasus kematian Brigadir Josua masih begitu hangat dibicarakan. Berita ini menggemparkan karena kematiannya sangat misterius. Pengacara Kamaruddin Simanjuntak mengatakan melalui beberapa kali hasil otopsi bahwa Brigadir J, tewas dibunuh, dengan cara terencana, diduga mengalami penyiksaan yang menghilangkan nyawa. Sungguh miris mendengar bahwa kekerasaan terjadi di kalangan aparat hukum, terlebih karena yang melakukannya adalah sesama pengikut Kristus. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekerasan terjadi di semua kalangan dan di sepanjang zaman. Seperti halnya juga yang dialami oleh Yesus dan pengikut-Nya dalam masa pelayanan-Nya di dunia ini.

Injil Yohanes mencatat beberapa peristiwa yang menggambarkan perlakuan tidak adil terhadap Yesus, di antaranya tercatat dalam peristiwa setelah Yesus membangkitkan Lazarus. Kabar Kebangkitan Lazarus ini tentu merupakan kabar yang baik. Namun bagi beberapa orang, hal ini juga menjadi kabar yang buruk. Khususnya bagi orang Farisi dan imam-imam kepala yang merasa bahwa berita itu meresahkan mereka, sehingga memasukkan masalah Yesus ini ke dalam agenda Sanhedrin. Akhirnya, Kayafas sebagai pemimpin Sanhedrin mengambil keputusan dalam sidangnya supaya Yesus dihukum mati. Ketika Kayafas berpendapat bahwa Yesus harus mati untuk satu bangsa, artinya Yesus harus dikorbankan sebagai kambing hitam untuk menyelamatkan bangsa dan para pemimpin lainnya. Kayafas mengatakan demikian karena jika Yesus hidup maka Dia akan menggerakkan banyak orang Yahudi percaya dan mengikuti Dia sehingga akan memancing kemarahan Romawi; akhirnya Romawi akan merampas bait Allah dan menghancurkan bangsa Israel. Jadi baginya membunuh Yesus yang tidak berdosa lebih baik demi mempertahankan Israel sekaligus seolah-olah mempertahankan nama baik Tuhan.

Ketidakadilan, kekerasan dan maksud jahat yang dilakukan para pemimpin, khususnya perkataan yang keluar dari bibir Kayafas, dipakai Tuhan untuk menubuatkan kematian-Nya di kayu salib. Yesus mengorbankan diri-Nya bukan hanya demi satu bangsa tetapi semua bangsa, agar semua bangsa mendapatkan kedamaian yang sejati dari Allah. Pada umumnya kekerasan dan ketidakadilan yang dialami manusia mengakibatkan kehancuran dan kekacauan dalam dunia. Namun ketidakadilan yang dialami Yesus malah memberikan damai sejahtera dalam diri manusia yang percaya kepada-Nya. Sebelum Yesus mati, Ia mengatakan kepada murid-murid-Nya: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yohanes 14:27). Yesus tidak hanya memberikan damai sejahtera, namun juga Roh Kudus sebagai Penghibur, Penolong bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Dunia masih akan dilingkupi oleh ketidakadilan, kejahatan, maupun kekerasan. Namun bagi orang yang percaya dan menerima Yesus Kristus, ia akan memperoleh keselamatan dan kedamaian yang sejati itu. Sebab itu marilah kita sebagai pengikut Kristus juga ikut membagikan kedamaian yang telah kita peroleh kepada dunia ini dengan memberitakan berita perdamaian dalam Yesus Kristus melalui perkataan dan perbuatan kita. Tidak mudah tentunya, namun Tuhan memberikan Roh Kudus. Roh Kudus akan menolong kita untuk menjadi saksi Tuhan dan menebarkan cinta kasih di dunia. Roh Kudus juga akan menghiburkan, sehingga murid Tuhan tetap bisa tegar dan memiliki sukacita sekalipun harus menghadapi Bayangan Kekerasan!

(Disadur dari Rancangan Khotbah Bulan Perdamaian 2022).

Sdr. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *