“BERPUAS HATI (CONTENTMENT)”
—- No.: 43/10/XXIII/2022 | Minggu, 23 Oktober 2022 | Bahan: Ibrani 13:5 —-
Kita hidup di dalam dunia yang serakah. Dunia ini mengajarkan bahwa keserakahan adalah sebuah hal yang benar, dan perlu kita kejar. Banyak motivator, dan pengusaha-pengusaha yang mengajarkan bahwa kita harus serakah untuk bisa sukses, sebab orang-orang yang tidak serakah akhirnya akan terlindas dan tidak akan pernah meraih pintu kesuksesan. Namun, Apakah benar demikian? Bukankah itulah yang Iblis inginkan? Yaitu agar kita mengikuti keinginan hati dan keserakahan yang kita miliki. Sehingga kita pun semakin terjerumus dalam dosa seperti yang Yakobus 1:14-15 katakan, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
Berkebalikan dengan apa yang dunia ini ajarkan, firman Tuhan mengajarkan kita untuk berpuas hati di dalam Tuhan. Ibrani 13:5 berkata, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Berkebalikan dengan serakah, berpuas hati berarti kita menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan, baik untuk saat ini maupun di masa depan.
Di dalam Perjanjian Baru, kata puas dan berpuas hati ini diterjembahkan dari kata “arkeo” yang berarti “cukup kuat; puas” dan “autarkeia”, yang berarti “tidak memerlukan bantuan atau dukungan; kebutuhan hidup yang tercukupi.” Ketika kita berpuas hati, itu artinya kita menyadari bahwa hanya Tuhan lah yang kita butuhkan, bahwa hanya Ialah yang dapat memuaskan kita, dan bahwa tangan penyertaan-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita.
Banyak orang merasa bahwa keserakahan itu muncul karena kita belum mendapatkan yang kita inginkan, karena kita merindukan yang lebih baik. Namun keserakahan pertama kali terlihat di Alkitab dalam cerita Adam dan Hawa. Kita tahu bahwa Adam dan Hawa ditempatkan di lingkungan yang bukan hanya terbaik, tetapi lingkungan yang “Sempurna.” Mereka punya kesehatan yang sempurna; pernikahan yang sempurna; tempat tinggal yang sempurna; makanan yang melimpah; bahkan memiliki relasi yang intim dan indah bersama Allah setiap harinya. Mereka memiliki segalanya, namun tetap saja mereka tidak merasa puas. Dan ketika Iblis membujuk mereka, dengan mudahnya Adam dan Hawa mempercayai hasutan iblis dan melupakan perkataan Allah. Sebab itulah, ketika berbicara tentang “Berpuas Hati” bukan hanya berbicara tentang bagaimana kita merasa puas dengan apa yang kita miliki, tetapi juga tentang “Percaya pada apa yang telah Tuhan katakan”. Sebab kecemasan maupun keserakahan akan muncul pada saat firman Tuhan menghilang dari hati kita. Ketika kita mulai lupa akan firman dan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita, rasa cemas; takut; dan keserakahan itu akan dengan mudahnya muncul dalam hati kita. Sebab itulah, kita hanya dapat berpuas hati ketika merasa puas di dalam Tuhan sang empunya segalanya itu. Dan kita hanya dapat berpuas di dalam Tuhan, ketika kita mendengar dan mempercayai sabda-Nya dalam kehidupan kita.
Oleh: Sdr. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.
Recommended Posts
“PERSEMBAHAN ROHANI DARI IMAMAT KUDUS”
November 14, 2024
“TUHAN, KEADILAN KITA”
November 07, 2024
“DIUTUS UNTUK MENYAMPAIKAN KABAR BAIK”
November 01, 2024