“MENCINTAI KEADILAN MEMBENCI KEFASIKAN”

—- No.: 35/8/XXIV/2023 | Minggu, 27 Agustus 2023 | Bahan: Ibrani 1:9  —

Keadilan bukan berarti sama rata, keadilan juga bukanlah bersikap netral dalam sebuah perkara. Keadilan dalam Alkitab disebut tsedaqah (Ibrani.) dan diakaiosune (Yunani), dalam Bahasa Inggris diterjemahkan   justice  atau  righteousness, yang berarti benar secara moral, pantas, tepat, bijak dan berbudi luhur. Jadi, keadilan di sini sama sekali tidak berarti netral dalam sebuah perkara, atau membagi sesuatu sama rata. Prinsip keadilan adalah selalu berlaku benar dan bajik, berpihak pada kebenaran, dan berbudi luhur. Kebenaran ini seharusnya menjadi penghiburan bagi kita di tengah dunia yang penuh dengan ketidakadilan. Allah itu adil yang artinya, Allah akan selalu berlaku benar sesuai dengan prinsip kebenaran-Nya. Dia tak akan pernah melanggar ketetapan-ketetapan hukum yang telah dibuat-Nya. Setiap Minggu kita mendengarkan Firman Tuhan di Ibadah minggu, ada begitu banyak Firman Tuhan yang menyapa kita. Pertanyaannya adalah:

Adakah kita menghidupi Firman itu dalam diri kita?

-Adakah dari kita yang menghidupi Firman itu dengan keadilan?

Maka dari itu, keadilan Tuhan inilah yang bersuara di Ibrani di dalam kehidupannya. Keadilan Tuhan menjadi oase bagi kita di tengah-tengah dunia ini yang penuh dengan ketidakadilan. Lalu apa yang dapat kita maknai dariMencintai keadilan membenci kefasikanyang sesunguhnya:

1. Keadilan Allah dinyatakan mencintai kebenaran

Di point ini, Kitab Ibrani hendak berbicara tentang mencintai “Keadilan dan membenci kefasikan”, keadilan bukan hanya harus dihidupkan dalam lembaga peradilan, tetapi juga dalam seluruh aspek hidup. Peradilan dunia sering memberi contoh buruk yang tidak boleh ditiru dalam kehidupan orang percaya. Kita perlu menentukan pilihan dan menjalankan hidup dengan bijaksana serta berlaku adil. Berlaku adil adalah salah satu tugas panggilan dan salah satu bentuk konkret dari penghayatan Iman kita kepada Kristus. Untuk bisa berlaku adil, kita tidak perlu menjadi seorang sarjana hukum atau hakim. Berlaku adil harus menjadi salah satu aspek gaya hidup dan keseharian kita. Apakah keadilan sudah menjadi gaya hidup kita? baik terhadap setiap anggota keluarga, rekan sekerja, pelayanan di gereja, maupun terhadap masyarakat luas?

2. Keadilan Allah dinyatakan melalui hukuman

Hukum atau aturan dan peraturan adalah kebutuhan manusia dalam kehidupan sosial. Kita bisa membayangkan bagaimana liarnya sebuah keluarga yang hidup tanpa aturan. Demikian juga masyarakat yang hidup tanpa hukum. Hukum adalah kristalisasi dari values atau nilai-nilai utama yang menjadi kebajikan. Hukum ada untuk mewujudkan keadilan. Bila keadilan terwujud, harmoni juga akan terjadi. Menariknya, hukum yang dimintakan oleh Daud adalah hukum Tuhan, bukan sekadar hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum Tuhan itu bukan untuk membinasakan, melainkan menghidupkan. Karena itu, hukum yang utama dan terutama adalah hukum kasih. Kasih menjadi values yang menerangi keadilan.

3. Keadilan Allah dinyatakan dengan memberikan penghargaan atas setiap perbuatan baik

Setiap perbuatan baik yang kita kerjakan tidak akan sia-sia. Allah memperhatikan setiap perbuat­an baik, bahkan tindakan kecil, yang kita lakukan kare­na mengasihi Dia. “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.” (Ibrani 6:10). Allah itu sangat adil dalam segala perkara yang kita hadapi.

Memaknai keadilan Tuhan dimasa sekarang: Apa yang kita pahami sebagai keadilan Tuhan di masa sekarang, bila diperhadapkan dengan berbagai situasi kehidupan, terutama dengan beraneka persoalan kehidupan yang dihadapi yang terasa kian berat dan membebani? Teks ini mengisyaratkan kepada kita untuk memakai kesabaran Tuhan sebagai kesempatan bagi kita untuk bertobat. Karena yang Tuhan kehendaki dari kita semua adalah hidup menurut Firman-Nya; Yang Tuhan kehendaki adalah pertobatan.

Renungkanlah:

Marilah kita menghidupi Firman Tuhan dalam diri kita sebagai pribadi maupun Gereja Tuhan, berbuat adil dan memberi harapan kepada sesama yang lemah dan tertindas, memberikan harapan kepada mereka yang mengalami kehilangan, kesusahan dan penderitaan, selamat menghidupi Firman. Amin.

Oleh: Ev. Yonathan Setiawan

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *