“ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH KARENA PERCAYANYA”

— No.: 24/6/XXV/2024 | Minggu, 16 Juni 2024| Bahan: Habakuk 2:4

Nabi Habakuk adalah seorang nabi yang hidup di masa-masa yang sulit di akhir Kerajaan Yehuda. Keadilan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Manusia menindas satu sama lain dan Tuhan seolah diam. Dalam keadaan seperti itu, Habakuk mengeluh kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kau dengar, aku berseru kepada-Mu: ‘Penindasan!’ tetapi tidak Kau tolong?” (1:2). Namun Tuhan menjawab, “Sebab, sesungguhnya Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka (1:6).

Tuhan tidak menjanjikan pertolongan, justru Tuhan mengijinkan bangsa Kasdim menduduki Yehuda. Orang Kasdim adalah bangsa Babel yang terkenal kekejaman dan kekuatan militernya. Jawaban semacam ini tidak masuk akal. Bukan ini jawaban yang diharapkan Habakuk. Bayangkan jika kita yang berada di posisinya! Apa yang membuat Habakuk akhirnya dapat berharap kepada Tuhan?

Pertama, Berharap kepada Tuhan (2:1). Menanti-nanti jawaban adalah salah satu perasaan yang tidak enak untuk dialami. Cemas, khawatir, tak sabar, tak yakin, berbagai hal dapat berkecamuk di hati kita. Hal yang sama dialami oleh Habakuk. Dia menantikan jawaban Tuhan atas pertanyaan-pertanyaannya. Saat-saat menanti jawaban adalah saat kita dapat menjadi bimbang. Mudah sekali keraguan menyusup masuk ke dalam hati kita. Seringkali kita bahkan tidak yakin bahwa jawaban Tuhan akan datang dan memilih untuk mengandalkan diri sendiri. Tetapi, Habakuk tidak pernah mempertanyakan apakah Tuhan akan menjawab.

Kedua, percaya bahwa Tuhan memegang kendali (2:3-4). Saat Tuhan belum memberikan jawaban bagi pertanyaan kita, mari kita belajar untuk terus berharap dan percaya sepenuhnya kepada-Nya. Saat kita percaya bahwa Tuhanlah yang memegang kendali atas seluruh dunia, maka kita akan mantap berharap kepada-Nya.

Ketiga, mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan. Mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan, adalah sebuah sikap yang baik. Sikap hati inilah yang dipilih oleh nabi Habakuk (3:17-19).  Habakuk siap untuk mengandalkan Tuhan dalam situasi terburuk sekalipun. Bagaimana dengan kita? Saat masalah melanda, terkadang hati kita lebih banyak dikuasai oleh kekuatiran. Habakuk sudah mengantisipasi masa-masa sulit yang akan datang, dan dia sudah mengambil keputusan untuk berserah kepada Tuhan. Habakuk menantikan Tuhan dengan hati penuh sukacita. Percaya sepenuhnya kepada Tuhan.

Oleh: Pdt. David Sarju Sucipto

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *