“ENGKAU NAIKKAN AKU DARI LIANG KUBUR”

— No.: 36/9/XXV/2024 | Minggu, 8 September 2024| Bahan: Yunus 2  –

Kalah! Pasrah! Menyerah! Seringkali itulah yang muncul di dalam batin kita, ketika hidup ini menghajar kita dengan pahitnya kenyataan. Saat kita berada dalam titik terendah kehidupan kita, hati terasa bergitu berat, pikiran terasa hampa, bahkan panca indera seakan tak mampu bekerja. Di titik inilah, ketika semua harapan telah sirna, tak jarang ada manusia yang memilih untuk mati saja. Namun tidak demikian dengan Yunus. Dalam keadaan letih lesu dan berbeban berat, di dalam perut ikan yang begitu gelap, Yunus tetap mengingat Tuhan dan berdoa kepada-Nya.

Kita tidak dapat memahami seutuhnya bagaimana kala itu Yunus dicampakkan oleh awak kapal dan penumpang lainnya ke dalam laut. Kita juga tidak dapat mengerti sebenarnya bagaimana ketika Yunus berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam dan masih hidup. Apa yang Yunus alami ini digambarkan sebagai dunia orang mati atau liang kubur, sebab orang Israel kuno percaya bahwa permukaan bumi ada laut yang dalam. Dunia orang mati terletak di bawah laut besar ini yang disebut syeol, yakni suatu tempat yang sama sekali sunyi, di mana orang tidak mengetahui atau merasakan apa-apa. Yunus memakai gambaran itu untuk menunjukkan bagaimana rasanya terpisah dari Allah secara jasmani dan rohani.

Saat kekuatan semesta membungkam dan membenamkan Yunus tenggelam ke dasar bumi, ia berada dalam situasi yang sangat mencekam dan menderita. Tidak melebih-lebihkan jika kita mengatakan bahwa di kala itu Yunus berada di titik nadir, titik terendah dalam hidupnya. Dan di titik inilah Yunus hanya bisa berserah dan memasrahkan hidupnya kepada Tuhan. Dan di titik nadir nya inilah tercipta untaian doa yang keluar dari hati yang penuh penyesalan. Penyesalan yang bukan hanya membawanya kepada kepasrahan dan kesediaan menanggung hukuman, tetapi juga pernyataan bahwa apa yang Tuhan lakukan atas dirinya adalah tindakan yang adil. Melalui apa yang dialami Yunus, kita belajar bahwa semuanya itu Allah izinkan terjadi bukan sekadar untuk “menghukum” Yunus, melainkan karena Allah ingin agar Yunus dapat kembali berbalik kepada-Nya, dan menunjukkan bahwa kasih-Nya jauh lebih besar dari ketidaktaatan manusia.

Seringkali dalam keadaan letih lesu dan berbeban berat kita merasa, hidup kita tersembunyi dari Tuhan, merasa dibiarkan, bahkan ditinggalkan oleh Tuhan. Namun tidak demikian dengan Tuhan kita. Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, bahkan Tuhan mengundang kita tuk datang kepada-Nya tuk memberi kekuatan dan semangat kepada yang lelah dan yang tidak berdaya. S’bab Tuhan berjanji bahwa setiap orang yang menantikan Dia akan beroleh kekuatan seperti rajawali yang terbang dengan kekuatan sayapnya, sehingga kita berlari namun tidak menjadi lesu dan berjalan namun tidak menjadi lelah (Yesaya 40:27-31).

Oleh: Bp. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *