“TUHAN, KEADILAN KITA”

— No.: 45/11/XXV/2024 | Minggu, 10 November 2024| Bahan: Yeremia 23:5-6

Amsal 20:23 berkata, “Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan neraca serong itu tidak baik.” Firman ini menegaskan bahwa Allah membenci segala bentuk ketidakadilan. Allah kita adalah Tuhan yang adil, yang selalu bertindak benar sesuai dengan prinsip kebenaran-Nya (Ulangan 32:4). Ketika berbicara tentang keadilan, Allah tidak hanya menuntut manusia untuk menaati hukum-Nya, tetapi juga untuk melakukannya dengan kasih dan belas kasihan. Karena itu, keadilan Allah tidak dapat dipisahkan dari kasih setia-Nya. Di seluruh Alkitab, kita melihat keadilan Allah selalu disandingkan dengan kasih-Nya kepada umat manusia. Meski dosa manusia harus dihukum sebagai ekspresi keadilan, Allah sendiri memberikan solusi agar keadilan-Nya dapat terpenuhi tanpa menghancurkan manusia. Allah mengutus Yesus Kristus, Anak-Nya, sebagai jalan keselamatan. “Kristus telah mati satu kali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (1 Petrus 3:18). Di kayu salib, Yesus memenuhi keadilan Allah sambil tetap menyatakan kasih-Nya bagi yang berdosa.

Di tengah dunia yang semakin individualis dan hedonis ini, keadilan menjadi barang langka. Ketidakadilan terlihat di berbagai aspek kehidupan—dari eksploitasi ekonomi hingga penyalahgunaan kekuasaan oleh mereka yang berkuasa. Yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin kian terpinggirkan. Ironisnya, orang-orang yang seharusnya menegakkan keadilan malah seringkali memperkaya diri sendiri dengan menindas yang lemah. Namun, bagi orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti jejak Kristus yang adalah “Tuhan, Keadilan Kita”. Allah mengingatkan umat-Nya dalam Ulangan 10:18 dan 24:17 untuk memperhatikan janda, anak yatim, dan pendatang, mereka yang rentan dan membutuhkan bantuan. Kita pun diajak untuk peduli dan bertindak adil kepada mereka, sebagai perwujudan kasih dan keadilan Allah. Ini berarti kita harus hidup dengan integritas, kejujuran, dan tanpa menyalahgunakan hak-hak kita. Sebab tindakan keadilan kita tidak hanya berlaku pada sikap kita dalam pekerjaan atau dalam menggunakan kekuasaan, tetapi juga dalam menunjukkan kasih kepada mereka yang kurang beruntung, termasuk orang-orang yang terpinggirkan secara sosial dan ekonomi.

Yeremia mengingatkan kita bahwa Kristus adalah “Tuhan, Keadilan Kita”, yang mengajarkan bahwa keadilan bukanlah sekadar prinsip, tetapi kehidupan yang aktif dalam kasih dan belas kasihan. Sebagai umat Kristus, kita dipanggil untuk membawa keadilan-Nya kepada dunia yang penuh ketidakadilan. Oleh karena itu, marilah kita mengikuti teladan-Nya dengan hidup berintegritas dan menjadi saksi kasih-Nya.

Oleh: Bp. Nicholas Evan Setiawan

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *