“KABAR SUKACITA YANG MENGGEMPARKAN BAGI MEREKA YANG DITINGGALKAN”
by Dwi Sunami
— No.: 51/12/XXV/2024 | Minggu, 22 Desember 2024| Bahan: Lukas 2:8-20 –—
Bagi masyarakat Yahudi dan orang Israel, pada masa itu profesi gembala adalah pekerjaan untuk lapisan masyarakat bawah, paling rendah. Pekerjaan itu dianggap hina karena siang malam mereka harus tinggal bersama dengan domba. Para gembala diberi label sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, tidak kompeten, kotor/tidak kudus bahkan direndahkan di masyarakat. Para guru Yahudi menganggap mereka sebagai orang-orang yang tidak relegius dan disetarakan dengan pemungut cukai, pelacur dan orang-orang berdosa lainnya. Kumpulan orang pembohong dan tidak beres hidupnya. Para Gembala merupakan satu kelompok orang yang kurang bahkan tidak diperhitungkan. Orang-orang kecil yang ditinggalkan, dilupakan, yang memiliki kedudukannya rendah dalam masyarakat.
Namun… penilaian manusia berbeda dengan apa yang dipikirkan Allah.
Hari yang Tuhan tetapkan untuk menjadi kegenapan waktu-Nya adalah “hari ini.” Para gembala tidak pernah menantikan “hari ini” tiba. Mereka tidak berpendidikan sedalam para ahli Taurat dan orang Farisi. Tetapi bukan kepada ahli Taurat ataupun orang Farisi, Tuhan menyatakan kegenapan waktu ini. Para gembala yang tidak menunggu, mendapatkan. “Mereka yang ditinggalkan” menjadi prioritas Allah untuk mendapatkan berita sukacita ini. Para ini gembala mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa. Malaikat Tuhan datang kepada mereka dan memberitakan kepada mereka kabar kelahiran Sang Juruselamat (8-10). Bukan hanya itu, para gembala juga menyaksikan bala tentara surga memuji-muji Allah (13).
Kabar sukacita yang mereka terima sangat menggemparkan, karena memberitakan tentang:
-“Mesias yang lahir adalah Allah yang turun sendiri dalam rupa manusia”.
-“Adanya kesukaan besar karena kelahiran Juruselamat” (ayat 10-11), yang menunjukkan bahwa: tanpa Juruselamat, tidak ada sukacita yang sejati.
Peristiwa tersebut membuat para gembala menjadi begitu bersukacita dan memuliakan Allah. Apa yang mereka saksikan, apa yang mereka lihat, persis seperti apa yang dikatakan oleh Malaikat. Mereka mengalami Firman dalam hidup mereka.
Pertemuan di kandang itu, membuat para gembala mengalami perubahan hidup. Para gembala mampu menyampaikan berita sukacita ini, karena Allah telah mengubahkan mereka dari orang-orang biasa yang perkataan-perkataannya tidak berpengaruh dan barangkali cara berbicarapun tidak menarik, menjadi saksi-saksi yang perkataannya penuh kuasa. Status mereka berubah: dari kelompok yang tidak dipercaya menjadi pembawa berita yang pertama.
Peristiwa Natal yang dialami oleh para gembala hendaknya membuat kita belajar bahwa Allah hadir untuk siapa saja, bahkan termasuk orang-orang yang sepertinya jauh dari kehidupan keagamaan dan tampak tak peduli kepada Tuhan.
Marilah kita memohon penyertaan Tuhan dan pimpinan Roh Kudus agar kita dapat menyuarakan kabar sukacita, berita damai sejahtera kepada mereka yang membutuhkan/ditinggalkan/dilupakan. Sukacita tidak harus diartikan sebagai ketiadaan penderitaan, tetapi sukacita adalah adanya kehadiran Allah dalam hidup manusia/kita. Imanuel. Tuhan memberkati.
Oleh: G.I. Dwi Sunami
Recommended Posts
“DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU YANG JAUH DAN MEREKA YANG DEKAT: Orang Majus dan Berita Damai untuk Semua Orang”
December 12, 2024
“DARI KEGELAPAN MENUJU KEHIDUPAN: Terang yang Memanggil Semua Bangsa”
December 04, 2024
“PENGHARAPAN DI TENGAH PERBEDAAN”
November 30, 2024