“JIKALAU ENGKAU ANAK ALLAH”

— No.: 09/03/XXVI/2025 | Minggu, 02 Maret 2025| Bahan: Markus 15:29-32; Matius 27:39-44

Sengatan sinar matahari pada siang itu dirasakan lebih panas dari biasanya oleh Yesus. Ia yang tergantung di kayu salib yang sedang merasakan sakit fisik yang luar biasa, masih ditambah rasa sakit dengan orang-orang yang menghujat-Nya: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!”

Perkataan itu bisa diartikan sebagai godaan terhadap Yesus di kayu salib. Seperti kita ketahui, pada awal pelayanan-Nya, Yesus menerima pencobaan yang berat dari Iblis setelah Yesus berpuasa selama empat puluh hari. “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti,” kata si pencoba kepada Yesus (Matius 4:3 bnd. Lukas 4:4). Godaan gagal, si pencoba tidak menyerah, ia berkata kepada Yesus: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu” (Matius 4:6 bnd. Lukas 4:9). Perhatikan kata “Jika Engkau Anak Allah.” Ini seperti pola yang berulang pada pencobaan terhadap Yesus. Menyerang tajam terhadap “status” yang penuh kuasa, yang sanggup melakukan segala sesuatu. Bisa jadi pelaku sebenarnya adalah oknum yang sama, yaitu si pencoba atau Iblis.

Apakah Yesus bukan Anak Allah? Koq sepertinya berdiam diri saja ketika orang-orang menghujat-Nya. Apa yang dikatakan Yesus bila Dia mengaku Anak Allah, bisa saja orang-orang tidak mudah untuk mempercayainya. Tetapi bila Allah sendiri yang mengatakannya, sudah tentu tidak ada bantahan. Ketika Yesus selesai dibaptis, terdengar suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Hal ini memberikan penegasan dan pengakuan bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah. Jadi serangan terhadap status dan kemahakuasaan Yesus memang sangat mencapai pada sasaran yang akurat.

Yesus bisa saja marah dan kemudian memerintahkan para tentara sorga untuk menyerang para penghujat-Nya. Itu tidak dilakukan Yesus. Bagi Yesus, salib adalah kemenangan. Menolak salib berarti ketidakpatuhan terhadap perintah Bapa-Nya. Salib adalah fokus dan tujuan kedatangan-Nya sebab salib mendamaikan Allah dan manusia.

Apapun godaan kita, bahkan yang paling menyentuh atas kehinaan, mari kita belajar untuk tetap berfokus pada tujuan Allah atas setiap manusia, yaitu menjadi pendamai. Amin.

Oleh: Pdt. Eddy SS

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *