“MENJADI GEMBALA BUKAN UPAHAN”
by Pdt. Eddy SS
— No.: 17/04/XXVI/2025 | Minggu, 27 April 2025| Bahan: Yohanes 10:11-15 –—
Yohanes pasal 9 bagian akhir menunjukkan kepada kita bahwa ada pertentangan antara Yesus dan orang-orang Farisi (Yohanes 9:16) disebabkan oleh Yesus yang menyembuhkan orang buta pada hari Sabat. Orang-orang Farisi menentang Yesus karena mereka adalah gembala-gembala gereja sedangkan Yesus dianggap sebagai penyusup atau penyesat karena tidak mendapat tugas perutusan dari mereka. Kemungkinan besar, Yohanes pasal 10 ini adalah jawaban dan penegasan bahwa Yesus, Dia lah gembala yang sejati. Sementara orang-orang Farisi hanya lah gembala yang mencari keuntungan untuk mereka sendiri.
Dalam teks ini, gembala yang sejati ini disebut sebagai gembala yang baik, yang lain dari hal ini disebut sebagai upahan. Ciri dari gembala yang baik adalah berani menantang bahaya dan bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya demi kawanan dombanya. Ada kepedulian besar dari gembala terhadap domba-dombanya. Kawanan domba jauh lebih penting dari nyawa sang gembala.
Kita dibuat makin mengerti bahwa kematian Yesus di kayu salib, menunjukkan bahwa sesungguhnya Dia lah Gembala yang Baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Yesus mati untuk melindungi domba-domba-Nya (baca: orang percaya) dari para pemangsa: dosa, kematian dan penghakiman. Yesus mati menunjukkan kasih-Nya dan juga karena manusia berada dalam bahaya nyata.
Berkebalikan dengan gembala yang baik adalah gembala upahan. Upahan artinya disewa sebagai hamba dan dibayar atas usahanya, yang bukan pemilik domba. Ketika ada bahaya datang, baik itu binatang buas atau bahaya lainnya, seorang upahan akan dengan cepat mengambil keputusan untuk melarikan diri, meninggalkan domba-domba di dalam bahwa. Ia tidak peduli dengan keadaan domba-dombanya, yang dipedulikan hanyalah dirinya sendiri. Sepanjang masih bisa berlari lebih cepat dari domba yang berlari paling lambat, maka selamatlah dirinya.
Bagi para upahan, menggembalakan domba hanyalah sebuah pekerjaan, suatu cara untuk mendapatkan penghasilan atau uang tambahan. Dirinya lebih berharga dari domba-dombanya. Ia berhitung dengan penghasilannya. Tidak mungkin ia mau mati bagi domba-dombanya karena penghasilannya tidak akan cukup untuk membayar nyawanya. Jika hanya menjadi gembala-gembala gereja (tercermin dari orang Farisi), dapat dipastikan bahwa mereka hanyalah upahan, bukan gembala sejati. Teladani Yesus, Sang Gembala yang Baik.
Oleh: Pdt. Eddy SS
Recommended Posts
“GEREJA YANG MENGHIDUPI DUNIA”
April 19, 2025
“BERIMAN DENGAN SEDERHANA”
April 12, 2025
“MENATA HIDUP SEBAGAI IMAM-IMAM KECIL”
April 05, 2025