“APA YANG KUTULIS, TETAP TERTULIS”
— No.: 23/06/XXVI/2025 | Minggu, 08 Juni 2025| Bahan: Yohanes 19:17-22 –—
Kalimat ini yaitu Apa yang Kutulis, tetap tertulis dapat dimaknai bahwa orang yang menyatakan pendapat adalah seorang yang memiliki wewenang atau kuasa, sehingga setiap perkataan yang keluar dari dirinya tidak ada yang dapat membatalkannya. Yang ke dua adalah kalimat tersebut bersifat lama, sampai tujuan dari pernyataan atau isi kalimat dapat terlaksana. Kita mengenal bahwa yang menyatakan pendapat dalam bentuk kalimat di atas adalah seorang yang memiliki kuasa atau wewenang. Otoritas yaitu Pontius Pilatus. Ia adalah Gubernur Yudea. Di bawah kekaisaran Romawi. Pernyataan tersebut diungkapkan pada saat Ia memberikan hukuman mati pada Tuhan Yesus. Setelah dirinya bercakap-cakap dengan Yesus bahwa Yesus adalah seorang Raja. Ia menyuruh menuliskan tulisan INRI pada salib Yesus IESVS·NAZARENVS·REX·IVDÆORVM (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum, yang berarti “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi”). Para imam-imam Yahudi meminta kepadanya untuk mengganti dari Raja orang Yahudi menjadi Aku adalah Raja orang Yahudi, namun Pilatus bersikeras untuk tetap memasangkan pada salib Yesus. Dan akhirnya tetap terpasang saat Yesus di salib, sampai mati-Nya. Mengapa Pilatus bersikeras agar tulisan itu terpancang di salib Yesus? Pilatus ingin agar keputusannya menyalibkan Yesus memiliki dasar yang kuat yaitu sebuah pengakuan yang keluar dari diri Yesus bahwa Ia adalah seorang Raja. Penyataan tersebut dapat disebut sebagai pemberontakan. Hal itu menjadi alasan Pilatus untuk menyalibkan Yesus. Selanjutnya adalah bisa jadi tulisan itu merupakan suatu penghinaan bagi Yesus, yang mengaku-ngaku bahwa Ia adalah seorang Raja.
Apapun yang menjadi alasan penulisan INRI dari pada salib Yesus, ada dua hal yang dapat kita renungkan.
Pertama adalah Firman Tuhan tergenapi. Di dalam kitab Yesaya 9:6 dikatakan bahwa Sesungguhnya, seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putra telah dikaruniakan bagi kita, dan pemerintahan akan ada di bahunya; nama-Nya akan disebut: “Penasihat Ajaib”, “Allah Yang Mahakuasa”, “Bapa Yang Kekal”, “Raja Damai”. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Di dalam teks tersebut dikatakan dengan jelas bahwa anak yang akan lahir memiliki kuasa dan otoritas. Ia akan memegang kekuasaan. Dan sangat jelas bahwa ia akan disebut seorang raja. Nubuatan itu terjadi sekitar 700 tahun sebelum peristiwa penyaliban Yesus. Kekerasan hati Pilatus sebenarnya merupakan penggenapan Firman Tuhan. Firman Tuhan, sebagaimana dinyatakan dalam Yesaya 55:11, tidak akan kembali dengan sia-sia. Firman Allah akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dan berhasil dalam apa yang diperintahkan-Nya. Ini berarti bahwa setiap perkataan Tuhan, baik janji, perintah, atau teguran, akan menghasilkan dampak yang nyata dan signifikan dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Ada istilah bahasa jawa “Sabdo Pandito Ratu” yang menggambarkan bahwa ucapan seorang pemimpin atau orang yang memiliki otoritas tinggi memiliki kekuatan yang luar biasa dan harus dihormati. Kalau kita perhatikan dengan seksama, memang benar bahwa Firman yang keluar dari mulut Allah pasti akan terjadi. Firman-Nya adalah Ya dan Amin.
Bapa Gereja (Father of the Church) memandang Alkitab sebagai Firman Tuhan yang berotoritas, yang merupakan sumber kebenaran, pedoman hidup, dan standar moral bagi umat Kristen. Mereka menekankan pentingnya mengikuti ajaran dan teladan yang terdapat dalam Alkitab untuk mencapai keselamatan dan hidup sesuai kehendak Tuhan.
Jadikan Firman Tuhan sebagai pedoman dalam kehidupan kita, Manakala Firman itu kita hidupi (dilakukan) maka Firman itu akan tergenapi.
Perenungan kedua adalah bahwa Allah dapat bekerja dalam segala sesuatu. Sisi lain dari penulisan INRI bisa jadi merupakan hinaan atau ejekan bagi Yesus yang menganggap bahwa Ia seorang Raja. Setiap orang yang lewat dan melihat Yesus dengan tulisan INRI bisa jadi menyindir tentang status raja yang Ia miliki. Namun dari tulisan INRI tersebut, sampai saat ini dan seterusnya setiap orang dengan sadar atau tidak sadar akan mengatakan bahwa Yesus adalah seorang Raja. Sekalipun dengan maksud yang tidak baik, namun Tuhan akan sanggup untuk merubah menjadi kebaikan. Pada zaman pelayanan Paulus ada yang memberitakan Injil dengan tujuan agar semakin berat dampak negatif yang dialami olehnya. Namun Paulus memandang bagaimanapun dan tujuan apapun dari pemberitaan Injil, yang penting nama Tuhan dimuliakan (Filipi 1:17-18). Saudara-saudara Yusuf mereka-rekakan yang jahat, namun Allah mereka-rekakan yang baik (Kejadian 50:20). Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 11:28). Apalagi dikerjakan dengan niat yang baik.
Bersama mari kita senantiasa percaya kepada setiap Firman yang keluar dari mulut Allah, karena Firman bersifat kekal, berlaku sejak dahulu kala, kemarin, hari ini, esuk dan selama-lamanya. Terlebih Firman Tuhan akan tergenapi. Percaya kepada Firman Tuhan bahwa Allah sanggup bekerja dalam segala aspek hidup kita, sekalipun sedang dalam situasi terburuk, namun Allah dapat ubah menjadi yang terbaik bagi Allah dan bagi kita. Tuhan Yesus memberkati (YHR).
Oleh: Pdt. Yusak Heri Rudito
Recommended Posts
“MENJAGA DIRI, MENJAGA JEMAAT”
May 31, 2025
“PEKERJA-PEKERJA TUAIAN”
May 24, 2025
“MENCARI HINGGA MENEMUKAN”
May 17, 2025