“SUNGGUH, ORANG INI ADALAH ANAK ALLAH!”

— No.: 26/06/XXVI/2025 | Minggu, 29 Juni 2025| Bahan: Markus 15:33-39

Teks ini berbicara tentang salah satu saksi terakhir penyaliban Yesus. Seperti Pilatus, dia adalah seorang penyembah berhala, seorang Romawi, tetapi tidak seperti Pilatus, politikus yang licik, dia adalah seorang prajurit Romawi yang berpengalaman dan boleh dikatakan tangguh. Dia seorang kepala pasukan (centurion), menurut catatan adalah seorang yang bertanggung jawab atas seratus prajurit. Yang menjadi sorotan utamanya adalah tentang komentarnya kematian Yesus di akhir kisah penyaliban yang dicatat oleh Injil Markus: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah” (Vere hic homo Filius Dei erat).

Kepala pasukan ini bisa diasumsikan pernah memimpin proses penyaliban sebelumnya atau baru pertama kali memimpin, tetapi apapun itu dia melihat perbedaan atau “keanehan” dengan yang dialami oleh Yesus. Bisa jadi wajah Yesus memancarkan damai, berbeda dengan para penjahat lainnya, atau bisa jadi perkataan-perkataan Yesus di kayu salib yang tidak biasa dan tidak pernah didengar oleh kepala pasukan tersebut. Asumsi apapun itu, kepala pasukan menyampaikan hal yang besar kepada kita tentang Yesus yang tergantung di kayu salib, bahwa Yesus adalah Anak Allah. Perhatikan, ini kontras dengan perkataan imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat yang mengolok-olok Yesus dengan teriakan: “Mesias, Raja Israel, turun dari salib itu supaya kita lihat dan percaya” (ayat 32). Bagi Markus, penulis Injil Markus, perkataan kepala pasukan adalah sebuah pernyatan yang sangat mendalam. Sama seperti “Raja orang Yahudi” yang menemukan tempat yang tepat di atas salib (ayat 26), demikian pula pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah secara tepat dikaitkan dengan kematian-Nya. Markus telah mengambil dua gelar utamanya untuk Yesus (Kristus dan Anak Allah, seperti dalam 1:1) dan membungkusnya di sekitar bagian terakhir Injil, di mana jalan menuju salib diumumkan, diajarkan, dan dilalui, yaitu: “Engkau adalah Mesias/Kristus” (8:29) dan “Orang ini adalah Anak Allah” (15:39).

Dalam kematian, Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah, Dia yang melaksanakan pengorbanan terakhir. Akibatnya, siapa pun dapat datang kepada Allah, bahkan orang-orang bukan Yahudi, mereka mungkin tidak pernah berpartisipasi dalam ritual Yahudi atau menginjakkan kaki di pelataran Bait Suci. Kematian Yesus membuat hal itu tidak penting. Bait Suci itu bisa saja hancur. Namu Yesus akan menjadi Bait Suci baru tempat semua orang dapat menemukan Tuhan.

Oleh: Pdt. Eddy SS

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *