“ANAK TUNGGAL IBUNDA”

— No.: 27/07/XXVI/2025 | Minggu, 06 Juli 2025| Bahan: Lukas 7:11-17  —

Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke kota Nain. Mendekati pintu gerbang kota, ada orang mati sedang diusung. Almarhum seorang anak muda, ibunya seorang janda. Almarhum adalah anak semata wayang, putra tunggal ibunya. Orang-orang berempati kepadanya.

Bagi janda itu, kehilangan putra tunggal berarti kehilangan sesuatu yang paling berarti baginya. Solidaritas warga kota Nain tentu sangat berarti. Mereka menyatakan belasungkawa dan memberikan penghiburan kepadanya. Tetapi bagi bunda yang sedang kehilangan putra tunggalnya, itu semua tidak cukup sebagai pelipur lara.

Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepadanya. Bukan sekadar melihat, Sang Mesias memperhatikan janda itu dengan saksama. Janda itu mengingatkan-Nya akan ibunda, Maria, perempuan yang telah mengandung diri-Nya, yang telah melahirkan-Nya, yang telah mengasuh-Nya, yang telah menyirami-Nya dengan curahan kasih sayang yang tulus. Ya, kasih sayang yang berdenyut dengan sukacita, kebanggaan, dan keharuan atas dirinya, sekaligus kesedihan dan kepedihan atas diri-Nya juga!

“Jangan menangis,” kata-Nya kepada janda itu. Kemudian sambil menghampiri usungan jenazah itu, Ia menyentuhnya. Para pengusung berhenti melangkah, mungkin dengan terkejut dan merasa heran. “Anak muda,” kata-Nya kepada si mayit, “Aku berkata kepadamu: Bangkitlah!” Suatu perkataan dari Tuhan, sabda dari “Juruselamat, yang adalah Kristus, Tuhan, suatu perintah yang otoritatif dari Pribadi yang berkuasa atas maut atau kematian! Itulah sabda yang muncul dari perasaan yang terdalam, yakni hati yang turut merasakan penderitaan bunda yang berduka! Kemudian terjadi “Si mayit bangun dan mulai berbicara.”

Betapa massa rakyat terperangah menyaksikan peristiwa itu! Tanpa membuang waktu, Yesus “menyerahkannya kepada ibundanya.” Janda itu menerima putra tunggalnya yang kembali dari kematian berkat Sang Belarasa yang berkuasa atau kematian!

Bagaimana dengan massa rakyat yang menyaksikan betapa Yesus dari Nazaret membangkitkan anak muda itu dari kematian? Ketakutan meliputi semua orang. Bukan perasaan ngeri, melainkan rasa takjub dan gentar sebagai reaksi terhadap manifestasi ilahi. “Seorang nabi besar telah bangkit di tengah kita” (prophētēs megas ēgerthē) kata mereka.

Selanjutnya bisa kita duga: “Maka tersiarlah peristiwa itu di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.” Yesus dari Nazaret makin kawentar, pengikut dan pengagum-Nya makin banyak. Amin.

Diringkas dari Suluh Damai Bulan Keluarga Sinode GKMI 2025

Oleh: Pdt. Eddy SS

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *