“ZAKHEUS ANAK ABRAHAM”
by Pdt. Eddy SS
— No.: 39/09/XXVI/2025 | Minggu, 28 September 2025| Bahan: Lukas 19:1-10 –—
Perjumpaan Tuhan Yesus dengan Zakheus berlangsung di tengah-tengah grundelan orang-orang dalam kerumunan massa yang berbondong-bondong mengikuti Yesus. “Ia menumpang di rumah orang berdosa” (Lukas 19:7). Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Bossnya para pemungut cukai! Reputasi kepala pemungut cukai sangat buruk di kalangan masyarakat Yahudi. Kiranya tidak mengherankan bila orang-orang dalam kerumunan massa yang nge-fans kepada Yesus merasa jengkel dan bersungut-sungut ketika mengetahui Yesus bermaksud menumpang di rumah Zakheus.
Zakheus sendiri mula-mula sekadar ingin tahu “orang apakah Yesus itu” (atau: “siapakah gerangan Yesus itu” atau “siapa Yesus itu adanya” (Lukas 19:3). Tetapi tanpa disangka-sangka ia mendengar sendiri bahwa Yesus berniat menumpang di rumahnya pada hari itu. Sontak ia menerima Yesus dengan sukacita di rumahnya.
Di hadapan Yesus, Zakheus merasakan dorongan yang begitu kuat untuk menempuh jalan yang diajarkan-Nya. Menyambut grundelan massa rakyat, ia “berdiri dan berkata kepada Tuhan…” Ungkapan yang indah dari Lukas. Apa maksudnya? Secara tersirat maksud Lukas menggunakan kata Tuhan untuk menyebut Yesus terungkap dalam kata-kata Zakheus: Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat (Lukas 19:8).
Dengan jalan ini Zakheus yang kaya memiskinkan dirinya sendiri. Miskin demi solidaritas dan keadilan restoratif. Kemiskinan Injili. Betapa radikal pertobatan Zakheus!
Zakheus mendengar Kabar Baik disampaikan Yesus kepadanya di hadapan massa yang berkerumun: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19.9-10). Zakheus beroleh keselamatan.
Dalam konteks Indonesia masa kini, penggalian kita atas kisah perjumpaan Tuhan Yesus dengan pemungut cukai Zakheus, kiranya mendorong kita untuk memberitakan Injil atau Kabar Baik tentang Kerajaan Allah seutuhnya dan semurni-murninya. Injil yang sejati tidak mengumbar anugerah murahan, tetapi berkata-kata tentang anugerah yang mengharuskan pertobatan yang nyata. Dengan jalan itu, pemberitaan Injil membuka jalan seluas-luasnya bagi shalom atau eirene, yang tak lain dari damai yang berkeadilan, damai yang sejati. Amin.
Diringkas dari khotbah bulan perdamaian sinode GKMI tahun 2025
Oleh: Pdt. Eddy SS
Recommended Posts
“MAMON YANG TIDAK JUJUR”
September 20, 2025
“KUNCINYA ADALAH KEPEDULIAN”
September 13, 2025
“ANTARA KEKAYAAN DAN KERAJAAN ALLAH”
September 03, 2025