“ADA MASA DEPAN BAGI PECINTA DAMAI”

—- No.: 36/9/XX/2019 | Minggu, 8 September 2019 | Mazmur 37:37-40  —-

“Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan” (ayat 37)

Hidup dalam perdamaian adalah upaya yang seharusnya terus-menerus dihidupi dalam kehidupan kita sebagai rekan sekerja Allah (1 Korintus 3:9) yang telah mendapat mandat untuk menjadi terang dan garam di tengah dunia ini (Matius 5:13-16). Hidup dalam perdamaian bukan berarti keadaan tanpa konflik, namun ini berbicara tentang kesanggupan mengelola konflik sehingga tercipta suasana tentram dan sejahtera. Jika demikian, betapa pentingnya kita memahami kebenaran firman Tuhan dan menyediakan diri menjadi pembawa damai di tengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat. Mazmur 37:37-40, memberikan penjelasan mendalam tentang perdamaian dan bagaimana mewujudkannya.

Pertama kita belajar bahwa perdamaian adalah kehendak Tuhan. Sikap tulus dan jujur berdasarkan ayat 37 tersebut merupakan unsur penting bagi seorang pembawa damai dalam menjaga suatu perdamaian. Tulus di sini berarti sikap yang tidak mementingkan kepentingan sendiri. Ia mengerjakan suatu kebaikan bagi sesama tanpa pamrih atau tanpa sesuatu yang diharapkan untuk kepentingan diri sendiri. Sedangkan kata jujur adalah sikap terbuka, apa adanya, berani dalam menyatakan kebenaran. Tanpa kejujuran tidak akan ada kepercayaan dari pihak lain, sehingga penting mengupayakan dengan sikap kejujuran. Ketulusan dan kejujuran adalah sikap penting dalam upaya menciptakan kedamaian.

Kedua kita belajar bahwa perdamaian menciptakan masa depan yang indah. Orang yang suka damai dikatakan akan mempunyai masa depan, karena perdamaian memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam segala bidang. Manusia dapat dengan tenang mengembangkan teknologi, menciptakan produk ramah lingkungan untuk kebutuhan banyak orang. Situasi akan berbalik jika orang tidak suka damai, konflik dan kekerasan menimbulkan keresahan, kekhawatiran, kemarahan, dendam dan keputusasaan.

Bagaimana mewujudkan perdamaian? Betapa pentingnya dalam hal ini fokus pada Kristus dan  memiliki hubungan benar dengan-Nya. Selanjutnya, perlu bekerja sama dengan banyak pihak yang berkehendak baik melalui penyatuan visi dan tujuan bersama demi terwujudnya perdamaian. Tertulis dalam Matius 5:9, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Demikianlah identitas dari Tuhan bagi kita, sebagai pembawa damai yang dengan giat menghadirkan damai Kristus di tengah-tengah keluarga, gereja dan di manapun Tuhan tempatkan kita.

Tuhan Yesus memberkati.

Oleh: Pdt. Yakobus Kristiyono

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *