“TUHAN MENGKARYA KEBENARAN BERSAMA KITA”

—- No.: 46/11/XX/2019 | Minggu, 17 November 2019 | Mazmur 37:1-11 —-

Di dalam Mazmur 37 ini, pertama-tama Daud  memberikan satu dorongan bagi mereka yang hidup di tengah-tengah orang yang jahat tetapi hidupnya penuh dengan kemakmuran, yakni dengan perintah jangan marah. Ya, jangan kita menjadi marah ketika kita mendapati ada orang yang kelakuannya jahat tetapi hidupnya sejahtera secara fisik. Sepertinya memang keadaan tersebut terkesan tidak adil tetapi Daud berkata, “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang.”

Jika kita perhatikan, ada tiga kali peringatan “jangan marah” yang ditulis oleh Daud di Mazmur ini (1, 7, 8). Mengapa tiga kali? Menunjukkan betapa pentingnya perintah “jangan marah” tersebut bagi kita. Mengapa perintah “jangan marah” menjadi sangat penting? Bukankah sudah sewajarnya kita bersikap marah terhadap orang-orang berlaku tidak benar atau berlaku jahat? Apa yang mereka lakukan menyengsarakan orang banyak.

Sebenarnya kata “jangan marah” dari bahasa aslinya secara literal memiliki arti “jangan menjadi panas.” Sebuah keadaan yang berpotensi akan membuat kita akhirnya melampiaskan amarah kita secara nyata di hadapan publik. Akhirnya kita terpancing untuk melakukan dosa. Kenapa jadi berdosa? Perhatikan ayat 8 akhir, “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan (BIS: celaka).” Efesus 4 : 26 – 27 berkata: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (BIS: Kalau kalian marah, janganlah membiarkan kemarahan itu menyebabkan kalian berdosa.

Oleh: Pdt. Soegiharto

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *