“GEREJA DAN KEMISKINAN”
by Dwi Sunami
—- No.: 25/6/XXI/2020 | Minggu, 21 Juni 2020 | Matius 5:3 —-
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”
Apa yang disampaikan Tuhan Yesus dalam pengajaran ini, berlawanan dengan pendapat/pandangan orang pada umumnya. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah”. Tuhan Yesus mengaitkan “kebahagiaan” dengan “miskin”. Ini adalah hal yang sangat sulit untuk bisa dipahami karena manusia pada umumnya mengaitkan kebahagiaan dengan kekayaan dan kemakmuran. Kata bahagia yang dimaksud di sini adalah Tuhan memberikan kebaikan-Nya kepada umat-Nya yang seharusnya tidak layak untuk menerima kebaikan tersebut. Kebahagiaan yang didapat dari hubungan/relasi yang benar dan akrab dengan Tuhan.
Sedangkan yang dimaksud dengan “miskin” adalah sama sekali tidak memiliki apa-apa atau melarat. Dengan kata lain yang hidupnya bergantung dari belas kasihan. Miskin di hadapan Allah adalah betul-betul tidak memiliki apa-apa yang bisa diperlihatkan kepada Allah. Orang yang miskin di hadapan Allah menyadari bahwa ia tidak akan dapat hidup dengan kekuatannya sendiri, hanya bisa menggantungkan hidup sepenuhnya pada Allah. Kebergantungan ini tidak terbatas pada ketidakberdayaan lahiriah semata tetapi juga secara rohani. Orang-orang seperti inilah yang dikatakan memiliki Kerajaan Sorga. Kerajaan yang menyatakan pemerintahan Allah yang penuh dengan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita (Roma 14:17).
Gereja dan orang-orang percaya ditantang untuk menghadirkan kebahagiaan Kerajaan Sorga bagi mereka. Dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kita melihat bagaimana Allah ingin supaya kita memiliki belas kasih. Tuhan peduli kepada orang-orang yang miskin dan tertindas. Gereja juga dipanggil untuk memiliki kepedulian dan belas kasih yang sama, baik berbelas kasih kepada orang-orang yang secara jasmani betul-betul mengalami kekurangan dan kelemahan maupun berbelas kasih kepada orang-orang yang memiliki kehausan dan rasa lapar akan kebenaran yang sejati serta membutuhkan keselamatan jiwa untuk kehidupan kekal. Gereja menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk mewujudnyatakan belas kasih-Nya dan kepedulian-Nya kepada orang-orang seperti tersebut.
Mari kita memaksimalkan peran dan tugas kita sebagai gereja maupun individu dengan terus bergerak hingga berdampak. I Yohanes 3:18 “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”. Tuhan memberkati.
Oleh: G.I. Dwi Sunami
Recommended Posts
“MEMBERITAKAN KEPERKASAAN TUHAN”
May 03, 2025
“MENJADI GEMBALA BUKAN UPAHAN”
April 26, 2025
“GEREJA YANG MENGHIDUPI DUNIA”
April 19, 2025