“BERBAHAGIALAH ORANG YANG BERDUKACITA”

—- No.: 32/8/XXI/2020 | Minggu, 9 Agustus 2020 | Matius 5:4 —-

Dunia menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menghindari apa yang kita sebut sebagai berkabung atau berdukacita.  Sebaliknya, dunia menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mendapatkan apa yang kita sebut sebagai kebahagiaan.  Tidak ada yang salah dengan mengejar kebahagiaan, sebab Allah kita juga bukanlah Allah yang anti terhadap kebahagiaan.  Permasalahannya, apa yang kebanyakan kita anggap sebagai kebahagiaan seringkali adalah kebahagiaan yang bersifat semu.  Kita mengejar apa yang tenyata bukan kebahagiaan yang sejati.  Hanya di dalam pengajaran Kristus semata, khususnya di dalam Ucapan Bahagia, kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati.

Sepintas lalu, “Berbahagialah orang yang berdukacita” menunjukkan adanya kontradiksi.  Bagaimana mungkin di saat yang bersamaan orang yang sedang berdukacita dapat berbahagia?  Tentu saja tidak mungkin.  Itu berarti ada yang kurang pas dengan bagaimana kita membaca dan menafsirkan frasa tersebut.  Tampaknya, Tuhan Yesus tidak sedang membicarakan dukacita dalam arti yang umum. Ia tidak sedang merujuk pada perasaan susah akibat kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai.  Dukacita yang dimaksud dalam ucapan bahagia ini berkaitan dengan kerajaan Allah dan kedatangan Yesus sebagai Mesias.

Dalam terang Yesaya 61:1-3, kita dapat memahami bahwa Mesias akan datang untuk menghibur semua orang yang berkabung dan menggantikan semua tanda kedukaan dengan sukacita yang melimpah.  Mereka yang sedang berkabung di Yesaya 61:1-3 adalah bangsa Yehuda yang sedang merenungkan pembuangan ke Babel. Pembuangan itu dikarenakan ketidaktaatan mereka terhadap Hukum Taurat.  Kala itu, mereka dalam keadaan sengsara, remuk hati, tertawan dan terkurung akibat dosa-dosa mereka.  Itulah dukacita mereka.  Mereka berduka karena dosa mereka.  Dukacita mereka erat hubungannya dengan pertobatan dari dosa.

Mereka yang berdukacita atas dosa akan mendapat konsekuensinya.  Hal yang tidak terelakkan dari berdukacita atas dosa adalah hadirnya penghiburan dari Allah.  Setelah seseorang berduka dan dibuat sadar dan sengsara karena dosa, ia kemudian tertarik kepada Kristus, dan dihibur.  Itulah sebabnya mereka yang berduka disebut berbahagia.

Apakah Anda berduka atas kondisi spiritual Anda saat ini?  Apakah Anda menangis melihat orang terdekat Anda berbuat dosa?  Apakah Anda meratapi kondisi spiritual dunia saat ini?  Jika ya, maka Anda termasuk orang yang berbahagia.  Sebab Anda akan dihibur oleh Allah.

Oleh: Pdt. Hendra Kurnia Wijaya

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *