“MENGECAP YANG PAHIT DAN YANG MANIS”

—- No.: 33/8/XXII/2021 | Minggu, 15 Agustus 2021 | Mazmur 34:9a —-

Kebersyukuran memberikan kita kesanggupan untuk menikmati dan bersukacita. Perlu disiplin spiritual untuk kenikmatan yang benar. Jika kita menelan tanpa mengunyah, kita tidak dapat mengecap makanan itu.

Kebersyukuran adalah kesanggupan untuk mengecap kehidupan. Orang memiliki kepribadian, kecerdasan dan karakteristik berbeda-beda. Untuk dapat “mengecapnya,” kita perlu waktu yang cukup. Hanya apabila kita mengalami sesuatu secara mendalam kita dapat berkata kita tahu bagaimana rasanya.

Ketergesaan adalah musuh dari penikmatan. Cicipan yang mendalam membutuhkan waktu banyak. Mengungkapkan syukur juga perlu waktu, sebab kebersyukuran adalah kesanggupan untuk mengungkapkan apa yang telah kita “cicipi” ke dalam kata-kata. Ungkapan itu harus sangat spesifik, hidup dan aktif, dan itu perlu waktu. Mencicipi secara mendalam dapat menggerakkan hati. Ungkapan kasih dan kebersyukuran datang dari luapan hati yang telah digerakkan dan dilembutkan oleh kebersyukuran.

Mereka yang bersyukur dalam segala keadaan mengalami kehidupan sebagai karunia, tetapi karunia itu datang bersama sukacita dan dukacita yang dibungkus dalam satu paket: tawa dan tangis. Sukacita paling besar tidak dapat dicicipi tanpa mencicipi penderitaan. Hanya mereka yang telah mengalami kecemasan mengenal pentingnya kedamaian. Hanya mereka yang pernah mengalami depresi mengenal berkat kelegaan.

Ramuan terasa pahit. Menarik diperhatikan bahwa rasa dari ramuan yang pahit membuat kita semakin mengunyahnya. Kita tidak perlu bekerja keras untuk merasakan sesuatu yang manis, tetapi rasa pahit harus dicicipi benar untuk dinikmati. Orang yang tahu bagaimana cicipan kehidupan mengetahui cicipan rasa sakit.

Penderitaan dan masa sukar mengunjungi kita bagikan tamu tak diundang. Ketimbang menghindari mereka, kita perlu menghadapi dan bahkan merangkulnya. Menaikkan syukur kepada Allah untuk mereka. Lalu kita akan mengenal dan mencicipi betapa baiknya Tuhan. Benar seperti kata pemazmur: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Amin.

Oleh: Pdt. Eddy S.S.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *