“MEMPERJUANGKAN PERDAMAIAN”

—- No.: 38/9/XXII/2021 | Minggu, 19 September 2021 | Yesaya 32:1-8 —-

Kerajaan Yehuda yang diperintah oleh raja-raja Dinasti Daud sedang menjelang masa senjanya. Mewartakan firman Allah kepada bangsa dan Kerajaan Yehuda, Nabi Yesaya berhadapan dengan rezim Ahas yang sangat korup. Rezim Ahas, memang sudah korup dan bakal menuai bencana tetapi sejarah-janji, yang berkenaan dengan dinasti Daud, terus berlanjut. Inilah kiranya yang melatarbelakangi harapan-harapan Yesaya mengenai raja mesianis yang akan menghadirkan zaman baru, zaman keadilan dan kebenaran, zaman perdamaian, zaman pengenalan dan takut akan Yahweh.

Yesaya 32:1-8 memuat pengharapan sosial-politis dan prinsip-prinsip moral yang harus dijalankan oleh rezim yang beroleh kepercayaan mengelola negara. Perdamaian atau complete harmony harus bersendikan kebenaran dan keadilan. Rezim dilarang mempraktikkan realpolitik. Rezim adalah pelayan kontrak sosial yang dalam konteks Yehuda adalah kovenan Yahweh dengan umat-Nya. Revolusi sosial yang multidimensi harus dilakukan agar tatanan yang benar-adil-manusiawi betul-betul terwujudkan.

Berita teologis yang kita dengar dari bagian ini adalah tegangan antara kebutuhan mendesak akan berakhirnya rezim yang korup dan bangkitnya raja mesianik yang akan mendirikan rezim yang beres. Gereja dan orang percaya mengimani Yesus dari Nazaret sebagai Raja Mesianik yang didambakan. Namun, Gereja perlu berhati-hati agar tidak tergelincir dengan mendudukkan Yesus sebagai raja hanya dalam kehidupan rohani dan perkara-perkara menyangkut sorga dan neraka. Perjuangan Yesus menghadirkan Kerajaan Allah dengan strategi membentuk komunitas alternatif yang ditebus dan diperbaharui-Nya, adalah suatu perjuangan politis yang harus dilanjutkan dengan setia oleh Gereja dan orang percaya.

Kita mendambakan perdamaian. Gereja mengemban amanah gerakan moral demi transformasi sosial kelak. Kita dipanggil untuk bertindak. Komunitas pejuang perdamaian sejati, mari kita bertindak: memperlakukan sesama dengan adil, sembari tetap meneruskan pemberitaan firman yang bertujuan membentuk wacana sosial berdimensi moral, dengan kasih dan nir-kekerasan sebagai ciri khasnya. Amin.

Disadur dari khotbah bulan perdamaian sinode GKMI tahun 2021

Oleh: Pdt. Eddy S.S.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *