“HATI YANG MENERIMA”

—- No.: 4/1/XXIII/2022 | Minggu, 23 Januari 2022 | Yohanes 4:1-42 —-

Dalam Injil Yohanes 4:1-42 dikisahkan tentang percakapan antara Yesus dengan perempuan Samaria di sebuah sumur di Sikhar. Wanita Samaria mula-mula mengenal Yesus sebagai orang Yahudi. Perempuan Samaria itu telah melalui beberapa tahap iman.

Pertama, mengenal Yesus sebagai Orang Yahudi. Percakapan diawali oleh Yesus yang meminta air kepada wanita Samaria itu: “Berilah Aku minum.” Wanita itu tahu bahwa yang meminta minum adalah orang Yahudi dan ia juga tahu bahwa orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Maka terasa aneh bahwa ada seorang Yahudi meminta air kepada dirinya sebagai orang Samaria. Yesus berbicara tentang “air hidup.”

Kedua, mengenal Yesus sebagai Nabi Yesus tidak menanggapi pernyataan wanita Samaria itu yang menganggap bahwa Diri-Nya tidak lebih tinggi dari Yakub, melainkan melanjutkan pembicaraannya tentang air. Yesus bicara tentang kualitas dari air itu. Orang yang minum air dari sumur itu akan haus lagi, sedangkan air yang akan diberikan-Nya tidak akan membuat orang haus lagi. Kini ada perkembangan iman dari perempuan Samaria itu. Ia yang semula mengenal Yesus hanya sebagai orang Yahudi, berubah menjadi mengakui Yesus sebagai nabi.

Ketiga, mengenal Yesus sebagai Mesias. Sesudah pengakuan iman perempuan Samaria akan Yesus sebagai nabi, kini percakapan beralih ke soal penyembahan. Orang Samaria menyembah Allah di gunung Gerizim, sementara orang Yahudi menyembah Allah di Yerusalem. Menurut Yesus penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. Menyembah dalam roh dan kebenaran adalah beribadah dalam konteks karunia Allah dalam Kristus. Roh di sini adalah kehadiran ilahi, maka masalah bukan dalam kemurnian ibadat, melainkan hubungan dengan Allah dan relasi orang beriman dalam melaksanakan ibadatnya.

Keempat, perempuan Samaria mengakui Yesus sebagai Juru Selamat dunia. Perempuan Samaria itu meninggalkan tempayannya, ia pergi dengan meninggalkan tempayannya. Perempuan Samaria itu telah menerima air hidup yang diberikan Yesus. Perempuan Samaria itu pergi ke kota untuk memberitahukan kepada orang-orang di kota tentang Yesus yang adalah Kristus. Mendengar berita itu orang-orang pun pergi untuk menemui Yesus. Puncak perjalanan iman perempuan Samaria itu ada pada ayat 42, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Ia benar-benar Juru selamat dunia.” Perempuan Samaria dan orang lain percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia.

Iman akan Yesus bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Iman yang kita miliki membutuhkan perkembangan dari tingkat awal sampai kepada yang mendalam. Pengenalan kita akan Yesus juga berkembang secara perlahan-lahan sampai akhirnya kita bisa mengetahui siapa sebenarnya Yesus. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Relasi kita dengan Yesus berkembang secara perlahan, sampai akhirnya memiliki relasi pribadi yang akrab dengan Yesus.

Oleh: Pdt. David Sarju Sucipto

 

 

 

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *