“POKOK ANGGUR SEJATI”

—- No.: 25/6/XXIII/2022 | Minggu, 19 Juni 2022 | Bahan: Yohanes 15:1-8  —-

Ada 3 hal yang dapat dipelajari untuk memahami pokok anggur sejati, yaitu: pertama, Bapa-Ku adalah Pengusahanya. Yohanes 15:1-8 diawali dengan pernyataan Yesus tentang diri-Nya, “Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Analogi pokok anggur bukan hal baru bagi orang Yahudi. Israel merupakan wilayah agraris dan termasuk penghasil anggur terbaik dan terbesar masa itu. Dalam Perjanjian Lama Tuhan menyebut umat-Nya, Israel, sebagai kebun anggur Tuhan (Yesaya 5:1-7; Yeremia 2:21; Yehezkiel 15:1-5, Mazmur 80:9-17, dst.). Namun kebun anggur Tuhan itu tidak bisa menghasilkan buah yang manis. Mereka gagal menjadi kebun anggur Tuhan. Kemudian di Perjanjian Baru, khususnya Injil Yohanes, Yesus berkata, “Akulah Pokok Anggur yang benar … ” Ada penegasan kata “benar,” untuk membandingkan dengan kegagalan Israel. Di sinilah Yesus hendak menebus kegagalan Israel. Yesus adalah “Pokok Anggur yang benar.” Pernyataan ini sekaligus menjadi penggenapan Mesianik dari gambaran Perjanjian Lama. Yesus akan menjadi Sumber bagi orang percaya untuk menghasilkan buah dan memuliakan Tuhan.

Kedua, Tinggallah di dalam Aku (Kristus) dan Aku (tinggal) di dalam kamu. “Tinggal” di sini artinya untuk tetap, tinggal, dalam waktu yang lama, bukan sekadar tinggal sementara, sehingga terjalin keterikatan dan kebergantungan antara pokok anggur dengan ranting- ranting. Kita sangat bergantung kepada Kristus dan mengandalkan Dia dalam hidup kita. Karena orang percaya tidak dapat berbuah dari diri sendiri. Sama seperti ranting tidak bisa berbuah dari dirinya sendiri. Jika ingin berbuah, ranting harus tinggal pada pokok anggur. Demikian juga orang percaya jika ingin berbuah tinggallah di dalam Kristus (ay. 4). Sebaliknya tanpa Kristus orang percaya tidak bisa berbuah.

Ketiga, Bapa-Ku dipermuliakan. Gaya hidup seperti ini adalah gaya hidup yang sederhana, yaitu menjadi kesaksian melalui peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dengan hidup dalam kejujuran, keadilan, dan kebenaran. Dalam pandangan Tuhan hidup, hal itu menunjukkan vitalitas spiritual orang percaya. Bila dunia melihat hidup orang percaya yang tinggal di dalam Kristus, maka dunia akan melihat Tuhan. Amin

Disadur dari rancangan khotbah sinode GKMI tahun 2022.

Oleh: Pdt. Eddy SS

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *