“KUDUSLAH KAMU!”

—- No.: 42/10/XXIV/2023 | Minggu, 15 Oktober 2023| Bahan: 1 Petrus 1:15-16

Panggilan bukan Pilihan. Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk hidup kudus, itu artinya Tuhan memanggil kita untuk memiliki hidup yang dikhususkan bagi Tuhan. Menjalani kehidupan yang dipisahkan dari segala sistem, budaya, maupun cara-cara hidup orang-orang dunia. Mengapa demikian? Firman Tuhan menyatakan kepada kita bahwa, “Dia yang kudus yang telah memanggil kamu….” (Ayat 15). Allah yang kudus itu telah memanggil kita untuk menjadi milik-Nya, di mana kita “dipisahkan dan dikhususkan” (dikuduskan) dari segala kuasa-kuasa yang ada di dunia ini. Dengan demikian kita sudah tidak lagi berada di bawah perhambaan penguasa dunia ini, melainkan menjadi hamba atau budak Kristus.

Sayangnya, masih banyak anak-anak Tuhan yang masih sering berbuat dosa, bahkan hidup menikmati dosa. Mengapa hal itu bisa terjadi? Ketika kita masih sering berbuat dosa, sejatinya hal ini menjadi sebuah penanda bahwa kita belum benar-benar mematikan “manusia lama” kita. Sebab, ketika manusia lama kita mati dan disalibkan bersama Kristus, seharusnya bukan kita lagi yang hidup melainkan Yesus yang hidup di dalam kita. Di dalam bahasa Ibraninya kata Kudus berasal dari kata “kadosh”, yang berarti naik lebih tinggi.  Ini berarti bahwa Tuhan memanggil kita, orang percaya untuk hidup sesuai dengan standar-Nya; memiliki level hidup yang naik ke arah Kristus, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup dan berpikir sebagaimana Kristus berpikir.

Seorang Teolog Bernama Ann Arbor dalam bukunya Rediscovering Holiness berkata, “Kita dilahirkan kembali supaya kita dapat bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus. Akhir kekudusan merupakan substansi kebahagiaan sejati. Orang yang mengejar kebahagiaan palsu akan kehilangan kekudusan dan orang yang mengejar kekudusan akan memperoleh kebahagiaan sejati dalam Kristus tanpa memintanya.” Menariknya, di dalam Bahasa Yunani, kata kudus, “hagios” mengandung arti yang berkorelasi dengan anugerah Tuhan semata-mata. Ini berarti bahwa kita bisa hidup kudus hanya karena anugerah dan pertolongan Tuhan. Kiranya kita boleh terus mempercayakan hidup kita dikuasai sepenuhnya oleh Allah yang kudus. Sebab hanya dengan cara itulah Allah dapat menjadikan kita kudus, yaitu karena Allah yang kudus didalam kita, bukan karena kekuatan kita sendiri.

Sdr. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *