“BERGAUL DENGAN ANAK-ANAK DAN MENGASIHINYA”
by Pdt. Eddy SS
— No.: 9/3/XXV/2024 | Minggu, 3 Maret 2024| Bahan: Kolose 3:21 —
Tidak sedikit anak-anak dan remaja yang “menceraikan” orang tuanya. Mereka ingin menjauh, tidak berada dekat dengan orang tuanya dengan berbagai alasan. Anak-anak yang memilih untuk “berpisah” dengan orang tuanya seringkali bertumbuh sebagai orang yang bermasalah. Mereka bisa saja mengungkapkan rasa frustrasinya dengan kemarahan yang tidak terkendali sebagai ungkapan pemberontakan yang bertumpuk setelah puluhan tahun kemudian. Dari pihak orang tua, tidak sedikit juga yang merasa kebingungan. Di satu sisi mengakui kesalahannya sementara para orang tua berpikir sudah melakukan segala upaya yang terbaik buat anak-anaknya, memberi anak-anaknya kesempatan dan kebahagiaan buat mereka tetapi yang didapatkan dari anak-anaknya adalah kemarahan dan serangan.
Ternyata tidak mudah untuk memahami hubungan anak-anak dan orang tua. Firman Tuhan pada saat ini berkata: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Dalam terjemahan yang lain berkata: “Hai bapa-bapa jangan memprovokasi (membuat jengkel) anak-anakmu, supaya mereka jangan kecil hatinya (putus asa).” Ini mengingat peran para ayah (baca: orang tua, bukan hanya ayah tetapi juga ibu) yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak di masa mendatang.
Tidak mudah untuk membuat hubungan anak dan orang tua yang baik tetapi setidaknya ada upaya yang kuat dan kreatif dari orang tua untuk membuat hubungan ini menjadi baik. Cara kreatif ini dengan mempertanyakan enam pertanyaan apakah sudah dilaksanakan. Bila ya, berharap hubungan ini akan makin membaik.
Pertanyaan pertama, Apakah orang tua menganggap serius anaknya sebagai pribadi/individu? Seringkali anak hanya dianggap sebagai kelompok, bukan individu yang mempunyai karakter unik. Kedua, Apakah orang tua cukup peduli untuk berkorban demi anak-anaknya? Kepentingan orang tua adalah yang utama sementara kepentingan anak dianggap tidak terlalu penting. Ketiga, Apakah orang tua terlalu memperhatikan anak-anaknya? Orang tua perlu belajar kapan dan bagaimana cara “menjauh.” Keempat, Apakah orang tua benar-benar menyayangi anak-anaknya sehingga memberikan disiplin yang tegas? Memberikan kebebasan kepada anak bukan berarti tanpa aturan. Disiplin diperlukan untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang tua. Kelima, Apakah orang tua menganggap anak-anaknya sama penting dengan diri mereka sendiri? Anak seringkali dianggap sebagai obyek saja padahal mereka seharusnya dipandang sebagai subyek. Mereka sama pentingnya dengan orang tua. Keenam, Apakah orang tua benar-benar mengasihi anak-anaknya sehingga akhirnya berani melepaskannya? Kesadaran bahwa anak-anak akan berjuang dengan hidupnya seharusnya membuka wawasan orang tua untuk berani melepaskannya. Ini tidak sama dengan membuang mereka tetapi bagaimana orang tua membekali anak-anak dengan cukup dan yakin ketika melepasnya, anak-anak dapat hidup mandiri. Amin!
Oleh: Pdt. Eddy SS
Recommended Posts
“PERSEMBAHAN ROHANI DARI IMAMAT KUDUS”
November 14, 2024
“TUHAN, KEADILAN KITA”
November 07, 2024
“DIUTUS UNTUK MENYAMPAIKAN KABAR BAIK”
November 01, 2024