“KURBAN YANG HIDUP: IBADAH YANG SEJATI”

— No.: 25/6/XXV/2024 | Minggu, 23 Juni 2024| Bahan: Roma 12:1-2

Roma 12:1-2 merupakan tindak lanjut dari apa yang tertulis dalam perikop sebelumnya. Pada perikop sebelumnya Rasul Paulus menjelaskan tentang kemurahan Allah dalam Yesus Kristus, dan setiap orang yang beriman kepada-Nya dibenarkan atau mendapatkan pembenaran dari Allah, maka bagian ini merupakan tindakan selanjutnya bagi mereka yang telah dibenarkan oleh Allah yaitu dengan mempersembahkan tubuh sebagai konsekuensi dari anugerah yang telah diterima.

Rasul Paulus menuliskan bahwa ada tiga syarat yang perlu diperhatikan dalam memberikan persembahan tubuh tersebut:

  1. Yang hidup. Hidup yang dimaksud merujuk ayat-ayat sebelumnya berkaitan dengan hidup baru di dalam Kristus (Roma 6:4). Artinya tubuh yang kita persembahkan adalah tubuh yang hidup dalam Kristus, bukan hidup yang menghambakan diri kepada dosa (Roma 6:6).
  2. Yang kudus. Rasul Paulus menggunakan kata hagiasmos dari kata hagios yang berarti kudus, untuk menunjukkan pengudusan yang diterima oleh anak-anak Tuhan melalui pengorbanan darah Yesus Kristus. Oleh karena itu mereka dipanggil untuk terus hidup dalam kekudusan tersebut, sehingga persembahan tubuh mereka menjadi persembahan yang kudus.
  3. Yang berkenan kepada Allah atau yang menyenangkan Allah. Setiap kali umat memberikan persembahan maka ia harus melakukan sesuai apa yang Allah kehendaki, demikian pula dalam mempersembahkan tubuh (kehidupan) yaitu melakukan apa yang dikehendaki Allah, bukan kemauan diri sendiri.

Ibadah sejati adalah ibadah yang terjadi ketika kita secara aktif mempersembahkan seluruh hidup (tubuh) kita kepada Tuhan, mempersembahkan dengan totalitas penuh di dalam seluruh aspek kehidupan kita.

Di mana Tuhan tempatkan kita, ke mana Tuhan utus kita, di situlah tempat kita melakukan ibadah yang sejati yang merupakan wujud nyata penerapan dari Roma 12:1-2, juga merupakan wujud nyata menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini. (Matius 5:13-16).

Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan sebagai  Ibadah yang sejati dalam hidup kita.

Disadur dari buku Suluh Damai Sinode GKMI 2024

Oleh: G.I. Dwi Sunami

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *