“FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA DAN DIAM DI ANTARA KITA”
by Dwi Sunami
— No.: 46/11/XXVI/2025 | Minggu, 16 November 2025| Bahan: Yohanes 1:1-14 –—
Yohanes memulai kesaksian Injilnya dari pra eksistensi Kristus yang telah ada sejak kekal bersama dengan Allah. Kristus dalam hakikat diri-Nya adalah Firman Allah. Dia telah bersama dengan Allah sejak kekal. Dialah yang menciptakan seluruh alam semesta serta sumber segala yang hidup (Yohanes 1:1-3). Sejak semula Firman itu telah melakukan segala sesuatu, semua terjadi karena Allah Dialah sang Pencipta.
Allah selalu terlibat dalam sejarah manusia. Sebelumnya Allah telah bekerja di dunia ini melalui perjanjian, hukum, hakim-hakim, raja-raja, dan nabi-nabi. Tetapi sekarang Allah melibatkan diri-Nya sendiri secara langsung, sebagai Firman Allah yang menjadi (daging) manusia.
Allah menjelma menjadi manusia, menjadi bagian dalam ciptaan-Nya sendiri. Yesus, yang walaupun hakekatnya adalah Allah tetapi tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6-7). Yang tidak terbatas menjadi terbatas, yang tidak kelihatan menjadi kelihatan, yang jauh menjadi dekat, “Firman itu telah menjadi manusia” tanpa kehilangan keilahiannya.
Kedatangan Allah ke dunia adalah sebagai upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan kembali milik-Nya yang sudah jatuh ke dalam dosa (Yohanes 1:11-12). Agar manusia dapat mengenal Allah, maka Allah harus turun, bukan sekedar untuk mengunjungi tetapi tinggal/diam di antara manusia. Dengan demikian bisa menyelami kehidupan manusia secara penuh.
Kerelaan Allah menjadi manusia dan diam di antara manusia menunjukkan solidaritas Ilahi kepada dunia. Dengan menjadi manusia dan diam/tinggal di antara manusia, Allah sungguh mengalami berbagai persoalan hidup manusia secara nyata dan langsung. Di dalam Yesus, Allah berempati dengan umat-Nya yang sedang menderita serta hidup tanpa pengharapan. Di dalam Yesus, Allah berempati dengan umat-Nya yang sedang menderita serta hidup tanpa pengharapan. Realitas penderitaan, kesedihan, kesakitan, dukacita dan pergumulan manusia bukan sekadar dilihat dan dimengerti Allah, melainkan sungguh ikut dirasakan dan dialami oleh-Nya.
Betapa beruntungnya kita karena kita telah memiliki Allah yang bukan hanya melihat dan mengawasi keberadaan kita sebagai ciptaan-Nya tetapi rela menjadi manusia dan turut merasakan kelemahan dan kekurangan kita serta pergumulan hidup kita. Tuhan memberkati.
Oleh: G.I. Dwi Sunami
Recommended Posts
“NEW CHURCH, NEW SPIRIT AND NEW HOPE”
November 08, 2025
“LIPAT GANDAKAN TALENTAMU”
November 01, 2025
“MENDIDIK ANAK DALAM TAKUT AKAN TUHAN”
October 25, 2025

