“MENGAPA ENGKAU MENANGIS?”
—- No.: 15/4/XXI/2020 | Minggu, 12 April 2020 | Yohanes 20:15 —-
Yesus telah berkali-kali memberitahu para murid kalau Dia akan mati dan bangkit pada hari ketiga. Injil Markus pasal 8: “Anak Manusia… dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Di pasal 9 Dia berkata: “Anak Manusia… mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Sekali lagi dalam pasal 10 Dia berkata: “Anak Manusia… dibunuh dan sesudah tiga hari Dia akan bangkit. Klaim Yesus ini sudah dikenal luas sehingga para musuh-Nya mendengarkan hal ini dan menempatkan penjaga di kubur Yesus (Matius 27:62-66).
Meski ada berbagai peringatan ini, ketika Maria Magdalena datang ke kuburan Yesus dan melihat batu sudah terguling, ia langsung berlari kembali dan berkata, “Mereka telah mengambil tubuhnya.” Maria pasti pernah mendengar perkataan Yesus tentang kebangkitan-Nya sama seringnya dengan orang lain. Lalu mengapa ketika ia melihat kubur kosong dia tidak berkata, “Yesus berkata akan bangkit! Apa ini yang terjadi?” Tidak. Ini bahkan tidak terbersit di pikirannya.
Maria kembali ke kubur Yesus, ia berdiri di dekat kubur dan menjenguk ke dalam kubur sambil menangis. Tangisnya tidak mampu melihat Yesus yang sudah bangkit. Tangisan Maria menghalangi pandangannya kepada Yesus. Tangisnya bahkan tidak mampu mengenali suara Yesus. Dan… tangisnya menghalangi iman percayanya akan kebangkitan Yesus.
Inilah yang disebut dengan “ketidakmampuan” merespons pada Allah. Orang menganggap bahwa iman bergantung pada apakah mereka sudah punya posisi hati dan pikiran yang benar. Ternyata hal itu tidak cukup untuk merespons dengan benar terhadap pimpinan Tuhan. Mengapa? Karena hati dan pikirannya terlalu bergantung pada diri sendiri. “Ketidakmampuan” sebagai akibat mengabaikan kebergantungan terhadap Tuhan.
Untuk merespons dengan benar butuh kasih karunia Tuhan. Iman bukan sekadar proses rasional tapi juga perjumpaan pribadi dengan keilahian Tuhan dalam kasih karunia-Nya.
Kebangkitan Yesus bisa menjadi tidak berarti apabila kita hanya mengandalkan hati dan pikiran untuk meresponsnya. Kasih karunia Tuhan yang memampukan kita merespons dengan benar tentang kebangkitan Tuhan dalam hidup kita.
Andalkan Tuhan dalam kasih karunia-Nya agar kita dapat meresponi kebangkitan dengan hati dan pikiran yang benar. Amin.
Oleh: Pdt. Eddy SS.
Recommended Posts
“MENCARI HINGGA MENEMUKAN”
May 17, 2025
“MEMBACA TANDA-TANDA ZAMAN”
May 10, 2025
“MEMBERITAKAN KEPERKASAAN TUHAN”
May 03, 2025