“KASIH DALAM SUKA, KASIH DALAM DUKA”

— No.: 27/7/XXV/2024 | Minggu, 7 Juli 2024| Bahan: Rut 1:1-22 –

Di saat kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, dan berbagai penderitaan membuat pupusnya harapan. Yang menjadi kecenderungan kita adalah untuk memikirkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain. Bukannya berbagi kasih dan saling menguatkan, yang keluar dari mulut ini justru kemarahan dan ujaran yang saling menjatuhkan. Namun tidak demikian dengan kedua tokoh yang kita renungkan hari ini.

Naomi adalah salah seorang yang mengalami kepahitan besar dalam hidupnya. Akan tetapi, ketika orang-orang menghadapi pahitnya kehidupan dengan sibuk membangun tembok, dan memikirkan dirinya sendiri. Naomi dan Rut membangun jembatan untuk dapat saling memahami dan menguatkan satu sama lain. Padahal keduanya punya bahan-bahan yang cukup untuk membangun tembok pemisah. Rut orang Moab, Naomi orang Yahudi. Mereka punya cara masing-masing dalam memahami Tuhan. Yang satu mertua (Rut bukan anak kandung Naomi), yang satu menantu (Naomi bukan ibu kandung Rut). Terlalu banyak alasan bagi Rut dan Naomi untuk membangun tembok pemisah dan memikirkan dirinya sendiri. Namun mereka dapat melihat penderitaan dan pahitnya kehidupan sebagai sebuah sarana untuk saling berbagi kasih dan saling menguatkan.

Masalah demi masalah telah menerpa hidup Naomi, bahkan ia berkata, “Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.” Di tengah ketidakmengertiannya akan rancangan Tuhan bagi dirinya, mungkin Naomi merasa bahwa Tuhan telah meninggalkannya, hanya kedua menantunya saja yang mengasihi dia. Namun Allah sejatinya tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Kehadiran Rut yang setia mengikuti Naomi dan telah berkomitmen menyembah Yahweh, Allahnya Naomi, merupakan sebuah penghiburan yang Allah berikan kepadanya. Lebih jauh lagi, kita dapat melihat rencana Allah yang lebih besar kepada umat-Nya digenapi melalui Naomi dan Rut. Sebab melalui Rut, garis keturunan Sang Mesias yang dijanjikan untuk menyelamatkan umat-Nya telah terbentuk.

Kisah hidup Naomi ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak pernah merancang hal yang buruk. Penderitaan yang Ia izinkan untuk kita alami dapat menjadi sarana merealisasikan rencana-Nya. Sebab itu, apapun pergumulan dan permasalahan yang kita hadapi, jangan sampai membutakan mata rohani kita untuk melihat rencana baik Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan bisa bekerja dan menggenapi rencana-Nya di dalam hidup kita dengan cara yang ajaib, termasuk melalui kepahitan hidup kita. Teruslah berjuang untuk membangun jembatan bukan tembok, untuk berbagi kasih baik dalam suka maupun dalam duka. Sehingga kita pun dapat Ia pakai seperti Rut, untuk menjadi penghiburan bagi mereka yang sedang membutuhkan kasih-Nya.

Oleh: Bp. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *