“ANUGERAH KEBERSYUKURAN”

—- No.: 31/8/XXII/2021 | Minggu, 1 Agustus 2021 | Mazmur 136:1-3 —-

Salah satu hal yang penting di masa pandemi adalah bersyukur. Mengapa? Kehilangan rasa syukur akan menjauhkan kita dari kasih dan pimpinan Tuhan. Pada dasarnya, bersyukur adalah hal yang sukar tetapi prosesnya yang sukar membuat hasilnya menjadi teramat indah. Orang yang dapat bersyukur adalah orang yang berbahagia sebab ia adalah orang yang memahami makna kehidupan yang sesungguhnya.

Setidaknya ada 3 anugerah kebersyukuran. Pertama, anugerah ketahanan. Salah satu anugerah Allah adalah ketahanan. Hubungannya sangat dekat dengan kebersyukuran sebab kekuatan untuk menanggung penderitaan datang dari kebersyukuran. Seperti menelusuri terowongan yang panjang, kita tidak ada pilihan kecuali terus menelusuri sampai akhirnya. Ketahanan menjalani kehidupan sangat bergantung pada anugerah ketahanan yang kita miliki.

Kedua, anugerah penurunan. Kebersyukuran sejati adalah mensyukuri situasi yang tidak dapat kita syukuri dengan kekuatan sendiri. Jenis kebersyukuran ini hanya bisa didapatkan oleh orang yang mengenal paradoks anugerah, yaitu kebersyukuran untuk penurunan.

Pada waktu “turun” kita akan memperoleh pandangan yang berbeda pada waktu di “puncak.” Hanya orang-orang yang telah mencapai “puncak” yang mengetahui bagaimana rasanya “menurun.” Butuh anugerah Allah dalam rangka menaklukkan “puncak” demikian juga untuk “menurun” dibutuhkan anugerah Allah yang sama banyaknya. Tetap bersyukur pada waktu “menurun” sebab anugerah Allah juga tersembunyi di dasar.

Ketiga, anugerah kehancuran. Kehancuran adalah cerminan penderitaan dan kedukaan; hal itu menyebabkan kepedihan dan kerap meninggalkan bekas luka. Paradoks kebersyukuran seringkali datang melalui kehancuran, namun adalah anugerah bahwa orang yang hancur masih dapat bersyukur kepada Allah.

Melalui kehancuran, potensi dalam diri kita dapat dikeluarkan. Agar tanaman tumbuh, biji harus hancur. Kehancuran kita memberikan pengertian yang dapat kita pakai untuk menolong orang lain. Kita tidak perlu takut kehancuran. Sebaliknya, kita dapat bersyukur karenanya. Sebab melaluinya kita tumbuh makin dalam dan makin dewasa. Amin!

Oleh: Pdt. Eddy S.S.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *