“ABBA, YA BAPA”
—- No.: 7/2/XXI/2020 | Minggu, 16 Februari 2020 | Matius 6:9 ; Roma 8:15 —-
Kehidupan kekristenan yang menjadi tolok ukur ialah kebenaran, bukan kebaikan. Kebenaran orang Kristen Anabaptis yang menekankan mengikut Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Palmer Becker dalam bukunya “Esensi-Esensi Anabaptis”, Yesus sebagai pusat iman kita, Komunitas adalah kehidupan kita dan Rekonsiliasi adalah karya kita. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan, saling berkaitan satu sama lainnya lebih-lebih peranan Roh Kudus dalam kehidupan komunitas Anabaptis. Yesus memberikan ajaran dalam berdoa melalui “Doa Bapa Kami” sebagai Jalan Pemulihan melalui iman, pengharapan dan kasih.
Oleh sebab itu ada 3 hal yang berkaitan sapaan “Abba, Ya Bapa” sebagai berikut :
- Sapaan “Bapa” sebagai Bukti Pemulihan Hubungan
Dalam sejarah Israel dari Abraham hingga Kristus, orang-orang Israel dalam doanya tidak pernah menyapa Allah dengan panggilan “Bapa”. Penganut agama-agama lain di muka bumi ini juga tidak pernah menyapa Tuhan atau dewa-dewa mereka dengan kata “Bapa” dalam doa-doa mereka. Namun Kristus memanggil Bapa-Nya di Sorga dengan kata “Bapa”. Melalui Doa Bapa Kami, Ia mengajak, mengizinkan dan menganugerahi murid-murid-Nya sepanjang zaman untuk memanggil Allah sebagai “Bapa”.
Orang-orang Israel telah menganggap Allah sebagai Bapa (Yesaya 63:16) mereka tidak memanggil Allah sebagai Bapa di dalam doa-doa mereka. Kata “Abba” atau Bapa dalam bahasa Aram ini adalah kata yang dipakai secara intim sebagai bagian dari bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga-keluarga orang Israel. Oleh sebab itu, upaya Kristus untuk mengundang pendoa memanggil Allah sebagai Bapa adalah suatu yang baru, unik dan menggambarkan suatu hubungan yang sangat istimewa dengan Allah.
Memanggil Bapa seperti yang dianjurkan Kristus merupakan suatu konsep ekspresi yang sangat dekat. Hal ini merupakan rencana Ilahi untuk pemulihan hubungan yang bukan merupakan kebetulan. Tidak ada hal yang kebetulan dalam hidup di dalam Kristus. Rencana Ilahi mengenai kehidupan Kristus tertera dalam Perjanjian Lama sebanyak lebih dari 300 kali. Salah satunya dinubuatkan “Kedatangan-Nya didahului oleh Elia” (Maleakhi 4:5-6/Matius 11:13-14). Apa yang diucapkan Yesus Kristus, doa-Nya, ajaran-Nya, termasuk Doa Bapa Kami mempunyai kaitan dengan misi di dunia, yaitu memulihkan hubungan manusia dengan Allah (Yohanes 3:16-17). Kepercayaan kepada Kristus yang telah memberikan Doa Bapa Kami dan telah mengizinkan murid-murid-Nya memanggil Allah sebagai “Bapa” adalah bukti keselamatan dunia melalui penebusan dosa dan pemulihan hubungan dengan Allah Bapa.
- Sapaan “Bapa” adalah Materai Perjanjian Keselamatan
Panggilan “Bapa” adalah seperti materai pada surat perjanjian. Persoalan memanggil “Bapa” kepada Allah adalah persoalan kepercayaan atau iman kepada Kristus. Seperti dalam Lukas 15:11-32, Yesus memberikan perumpamaan mengenai anak yang hilang dan berdosa, namun ia kembali ke bapanya (ayat 21, 24). Kristus telah menunjukkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia yang telah berdosa tetapi telah ditebus dari dosanya oleh-Nya. Dengan memanggil Allah sebagai “Bapa”, seperti Kristus memanggil Allah sebagai “Bapa”, orang yang berdosa telah kembali kepada Allah dan meninggalkan seluruh perbuatan dosanya yang bertentangan dengan kekudusan Allah.
Seseorang tidak mungkin kembali kepada Allah tanpa keterlibatan Roh Kudus sehingga ia menjadi kudus (Roma 8:15-16). Yesus menjelaskan peranan Roh Kudus untuk menguduskan murid-murid Kristus (Yohanes 3:3-5). Seperti yang dikatakan Kristus sendiri (Yohanes 15:5). Pernyataan ini memperlihatkan hubungan yang sangat dekat antara Kristus dan murid-murid-Nya. Undangan telah diberikan oleh Kristus sebagai yang sulung kepada murid-murid-Nya untuk mempererat hubungan dengan Bapa di Sorga. Memberikan arti dari sebuah hubungan yang sangat erat, penuh kasih, dan penuh anugerah dengan Allah.
- Sapaan “Bapa” adalah Upaya Yesus untuk Menyatukan Seluruh Murid-murid-Nya dalam Satu Tubuh Kristus sebagai Anak-anak dari Allah
Pengertian Yesus sebagai “pokok anggur” di mana semua ranting atau murid Kristus melekat pada-Nya adalah gambaran dari Yesus sebagai “Yang Sulung” yang telah menebus doa manusia melalui darah-Nya di salib (Kolose 1 : 20). Murid-murid Kristus menjadi bagian dari Kristus sehingga memanggil Allah sebagai Bapa. Yesus sebagai “Yang Sulung” dan sebagai Penebus telah memungkinkan murid-murid-Nya memanggil Allah sebagai “Bapa”.
Refleksi pengalaman iman ini terletak pada sapaan “Bapa” pada Allah disertai tanggung jawab sebagai anak-anak Allah, sebagaimana murid-murid Kristus. Panggilan Allah sebagai “Bapa” adalah perwujudan dari misi Kristus, pengorbanan-Nya dan kasih Allah yang sangat besar. Hal ini merupakan dasar dari eksistensi manusia di bumi yang mencari “Bapa” nya sehingga diharapkan untuk tidak disia-siakan atau disepelekan.
Marilah kita terus berjuang dalam panggilan dan pilihan kita semakin teguh ketika menjadi komunitas Anabaptis dalam sapaan “Abba, Ya Bapa” sebagai jalan pemulihan antara manusia dan Allah di dalam Yesus Kristus. “Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Pet. 1:11). Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Oleh: Ev. Joyo Karyo Sihombing
Recommended Posts
“INJIL MEMPERBAHARUI SIKAP HIDUP”
March 22, 2025
“HIDUP BERDASARKAN IMAN!”
March 15, 2025
“AWASILAH DIRIMU DAN AWASILAH AJARANMU!”
March 08, 2025