“TABUR TUAI”

—- No.: 11/3/XXII/2021 | Minggu, 14 Maret 2021 | Galatia 6 : 7 – 10 —

Hukum Tabur Tuai merupakan sebuah hal yang sangat akrab di dalam kehidupan kita. “Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai,” sebuah hal yang sepertinya sudah menjadi salah satu kebenaran umum di tengah dunia ini. Namun dalam suratnya kepada jemaat Galatia, rasul Paulus memberikan sebuah pernyataan yang cukup berbeda dan cukup mengagetkan kita mengenai hukum tabur tuai ini.

Dalam bagian ini, Paulus tidak berhenti pada pernyataan bahwa “apa yang ditabur orang, itu juga yang dituainya dan barangsiapa tidak menabur, ia tidak akan menuai.” Tetapi Paulus lebih jauh menyampaikan bahwa, “barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Paulus tidak membaginya dalam kategori “menabur” atau “tidak menabur,” ia hanya membaginya dalam kategori “menabur dalam daging” dan “menabur dalam roh.” Sehingga bisa dikatakan bahwa di dalam kehidupan kita, kita tidak mungkin “tidak menabur.” Kemungkinan yang dapat terjadi adalah, kalau kita tidak “menabur dalam roh” berarti kita sedang “menabur dalam daging.”

Pdt. Yakub Tri Handoko dalam sebuah khotbahnya mengutip sebuah buku yang menyatakan bahwa, “Entah kita aktif ataupun tidak aktif, kita sedang membuat sejarah.” Kalau kita sedang melakukan hal yang positif dan sesuai firman Tuhan, berarti kita sedang membuat sejarah bersama dengan Tuhan, kita sedang dipakai oleh Tuhan untuk mengarahkan sejarah menuju rencana-Nya yang sempurna. Tetapi kalau kita tidak melakukan apapun, sebetulnya kita juga sedang membuat sejarah, sebuah sejarah yang buruk. Oleh sebab itu, ketika kita tidak aktif menabur, kita sebetulnya sedang aktif menabur, yaitu “menabur dalam daging.”

Dengan membandingkan kedua hal tadi, Paulus ingin menunjukkan adanya perbedaan orientasi dan motivasi yang mendasari keduanya. Ketika kita “menabur dalam daging,” kita hanya mengejar “kesuksesan,” “kemakmuran,” dan segala hal yang duniawi daripada mengejar kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan Yesus dan kepada Firman-Nya. “Menabur dalam daging” berarti kita menginvestasikan hidup kita dalam apa yang bersifat fisik, fana, dan sementara. Karena tubuh jasmani kita dan dunia ini suatu saat nanti akan lenyap. Lalu mengapa kita malah berinvestasi pada hal yang fana dan dapat rusak? Bukankah “menabur dalam daging” itu seperti membeli satu truk kentang, menyimpannya dalam bank, dan mengharapkan “keuntungan serta kemakmuran” dari kentang tersebut dalam waktu 10 tahun.

Oleh: Ev. Nicholas Evan Setiawan

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *