“KASIH DALAM NAUNGAN DAMAI ILAHI”

—- No.: 39/9/XXIII/2022 | Minggu, 25 September 2022 | Bahan: I Yohanes 4:7-21  —-

Seorang tokoh filsuf dari Yunani bernama Aristoteles berpendapat bahwa kebanyakan orang lebih memilih memberi kasih sayang daripada mendapatkan kasih sayang. Errich Fromm memiliki pernyataan bahwa Cinta adalah kekuatan yang mampu meleburkan penghalang yang memisahkan manusia dengan sesamanya.

Kalau kita cermati sebenarnya  intisari dari seluruh isi Alkitab adalah berbicara mengenai kasih, yaitu kasih Allah kepada manusia  yang berdampak kepada kasih antar manusia kepada sesamanya dan alam semesta. Kata kasih yaitu charity ( inggris) dan caritas ( latin ) dipahami oleh teolog Kristen bernama Thomas Aquinas adalah “sebagai persahabatan demi Allah”  yang “mempersatukan kita dengan Allah”. Ia menyatakan sebagai yang utama dari kebajikan-kebajikan (bnd.   I Korintus 13 : 13). Sedangkan  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kasih diartikan sebagai perasaan sayang.

Perbincangan  tentang kasih, adalah perbincangan yang tidak asing bagi orang percaya. Namun apakah mudah untuk menerapkan kasih tersebut? Tidak semudah kita mengucapkan dan tidak semudah kita menyimpulkan makna tentang kasih. Kasih tak luput dari pengorbanan, kasih tak luput dari “mengalah” dalam konteks tertentu. Kasih tak luput berani duduk dalam status bersalah, sekalipun sebenarnya ia benar (Keteladanan Tuhan Yesus). Kasih harus bisa memahami……Dunia ini sangat membutuhkan kasih, namun banyak orang yang tidak mengerti atau bahkan tidak peduli pada realita yang hampa akan kasih. Rasul Yohanes dalam pasal 3 : 1 mengatakan bahwa kasih Bapa yang dianugerahkan kepada jemaat adalah sangat besar (betapa besarnya : ποτσπός : dari/ menjangkau  bangsa, negara dan suku/ etnic). Perintah yang dikatakan dalam ayat 7 bukanlah perintah yang baru, namun perintah yang sudah diajarkan sejak mulanya yaitu agar kita saling mengasihi (Bnd. pasal 1:7). Dari ayat ini kita dapat mengambil makna bahwa kasih adalah suatau ajaran yang harus terus di ajarkan, dilakukan dari generasi ke generasi.

Mengapa kita harus saling mengasihi?

  1. Kasih berasal dari Allah.

Allah adalah sumber dari kasih dan Allah adalah kasih itu sendiri  (1 Yohanes 4:16). Allah adalah pribadi yang berdiam di dalam setiap kehidupan orang percaya. Jika demikian, sudah selayaknya setiap orang percaya harus hidup di dalam kasih. Allah adalah Alah yang berdiam diri dan Allah yang beserta kita. Orang percaya dipenuhi dengan kepenuhan Allah. Di mana ada Allah di situ terpancar kasih.

  1. Orang yang mengasihi adalah lahir dari Allah.

Kata lahir adalah genao dari kata genos yaitu procreate. Allah adalah sebagai Bapa kita. Dari kata lahir berarti orang yang mengasihi adalah dapat disebut sebagai anak anak Allah. Tanda dari anak anak Allah adalah berbuat kasih satu dengan yang lain. Sebagai anak tentu memiliki DNA dari Bapa yang adalah kasih. Citra Imagodei harus kita pancarkan melalui perwujudan kasih.

  1. Orang yang mengasihi adalah orang yang mengenal Tuhan.

Orang yang mampu mengasihi adalah orang yang “mengenal” Tuhan. Dengan jelas pada ayat ke 8 dikatakan bahwa orang yang tidak mengasihi tidak mengenal Tuhan, sebab Allah adalah kasih. Ibarat mata air yang baik, akan memancarkan air yang baik pula. Idiom Yunani yang dipakai untuk kata mengenal adalah sebagai hubungan suami istri yang satu, transparan, terbuka dan benar-benar memiliki relasi yang kuat. Bukan sebatas tahu, mengerti namun mengenal. Bagaimana kita bisa mengenal Allah? Relasi dan keintiman orang percaya kepada Tuhan menjadikan pengenalan akan Tuhan lebih dalam. Kalau ada orang yang mengaku mengenal Tuhan, tetapi tidak berbuat kasih, ia adalah pendusta.

Ketiga hal di atas menjadikan motivasi kita mengasihi. Berbicara lebih dalam, kasih yang seperti apa yang dapat mewujudkan kasih dengan benar yang menciptakan perdamaian dan kedamaian. Kasih tak selamanya mendatangkan kebaikan. Perampok, koruptor, begal, pencuri, atau bahkan para teroris sekalipun mereka melakukan hal-hal yang berdampak merugikan orang lain pun, alasannya adalah kasih. Sebagaimana tema kita adalah kasih dalam naungan damai Ilahi, maka kasih yang dinyatakan adalah kasih dalam kerangka sudah mengalami damai dengan Allah. Perdamaian dengan Tuhan menuntun seseorang dapat mengasihi dengan benar. Hal ini sangat penting sebagai dasar atau fondasi berbuat kasih. Selamat merayakan kasih Tuhan bagi sesama.

Oleh: Pdt. Yusak Hery Rudito

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *