“BERSANDAR PADA ALLAH ADALAH KEBAHAGIAAN SEJATI”

— No.: 23/6/XXV/2024 | Minggu, 9 Juni 2024| Bahan: Mazmur 16:11 —

Manusia adalah pencari “Kebahagiaan.” Seringkali orang merasa malu dengan hasrat mereka untuk bahagia, hasrat untuk mencari kepuasan atau kenikmatan dalam hidup mereka. Banyak orang berpikir bahwa sesuatu yang kita disiplinkan untuk dilakukan memiliki nilai yang lebih besar daripada sesuatu yang kita inginkan. Oleh karena itu, banyak orang Kristen yang berpikir bahwa kita harus menolak kesenangan untuk menyenangkan Tuhan. Pada kenyataannya, kesenangan terbesar yang dapat dialami manusia ditemukan dalam mengenal dan menaati Tuhan. Itulah pesan dari Mazmur 16 dalam ayatnya yang ke 11 ini, bahwa di hadirat Tuhan terdapat sukacita yang penuh dan kenikmatan kekal (kenikmatan yang tidak akan pernah menjadi hambar) yang ditemukan dalam Tuhan.

Sukacita dan kebahagiaan tidak pernah berarti bahwa hidup kita akan lepas dari masalah dan penderitaan. Sebab tak bisa dipungkiri bahwa hidup di dunia ini selalu diwarnai dukacita dan sukacita. Namun satu hal yang harus kita percaya dan imani, bahwa di dalam berbagai situasi hidup, Allah ada di sebelah kanannya sebagai pelindung, pemimpin, dan penjamin. Inilah yang membuat pemazmur tetap kuat dan bahkan dapat berkata, “Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram.” Sukacita dan kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika di dalam kerapuhan dan keringkihan kita pun, kita melihat Tuhan hadir dengan Kuasa dan Kasih yang menyelamatkan. Sehingga segala ratapan, ketakutan, dan kesedihan kita bisa Ia ubahkan menjadi tarian (Mazmur 30:12). Oleh karena itu, yang menjadi sukacita terbesar dalam hidup kita adalah ketika kita ditebus oleh Tuhan dan diangkat menjadi anak-anak-Nya.

Mengejar kebahagiaan adalah mengejar Tuhan, dan mengejar Tuhan adalah mengejar kebahagiaan. John Piper, seorang teolog; pendeta, dan penulis dari buku “Desiring God” mengatakan bahwa, “Tuhan paling dimuliakan dalam hidup kita, ketika kita merasa puas di dalam Dia.” Piper mengatakan bahwa kita memuliakan Tuhan dengan menikmati-Nya. Dengan demikian, ketika kita mencari kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan dalam Tuhan, maka pada saat itu juga kita memuliakan-Nya. Pertanyaannya, sudahkah kita menginvestasikan waktu dan energi kita untuk memelihara relasi yang intim dengan “Sumber Sukacita” kita?

Oleh: Bp. Nicholas Evan Setiawan, S.Th

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *