“PEMBAWA DAMAI: MENJADI ALAT PENYELENGGARAAN ILAHI, MEMELIHARA KEHIDUPAN SESAMA”

—- No.: 37/9/XX/2019 | Minggu, 15 September 2019 | Kejadian 50:14-21—-

Menjadi pembawa damai bukanlah hal yang mudah tetapi juga bukan hal yang mustahil karena bukan kita yang mengerjakannya sendiri melainkan Allah sendiri yang menolong kita melakukannya.

Dalam kehidupan Yusuf,  tidaklah mudah menjadi pembawa damai apalagi menjadi alat Allah memelihara saudara-saudaranya. Hal ini karena kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Mereka menjual Yusuf dan mengatakan kepada Yakub bahwa Yusuf telah meninggal. Tidak sampai di sana karena kejahatan inilah kehidupan Yusuf terus menerus jatuh -dari seorang anak kesayangan sampai menjadi seorang budak yang dilupakan dalam penjara-. Walaupun demikian, dalam penyertaan Tuhan, kehidupan Yusuf yang sudah jatuh karena kejahatan saudaranya berangsur-angsur naik -dari seorang budak yang dilupakan dalam penjara menjadi orang kedua yang berkuasa di Mesir-. Dalam keadaan yang sudah sangat baik sebagai penguasa nomor dua di Mesir, dan kematian ayahnya, Yusuf diperhadapkan pada pilihan untuk menjadi pembalas atau pemelihara. Pembalas kejahatan saudara-saudaranya atau pemelihara kehidupan saudara-saudaranya yang bisa mati kapan saja karena kelaparan yang panjang di seluruh negeri.

Yusuf memilih untuk menjadi pemelihara, dia  tidak melakukan pembalasan kepada saudaranya. Hal ini karena Yusuf menyadari bahwa semua yang terjadi dalam kehidupannya adalah rancangan Allah untuk mendatangkan kebaikan dan memelihara kehidupan satu bangsa yang besar (ay. 20). Dengan demikian Yusuf mengampuni saudara-saudaranya dan menjadi alat Allah memelihara kehidupan mereka.

Mengapa kita seringkali gagal menjadi pembawa damai, menjadi alat Tuhan untuk memelihara hidup sesama? Seringkali karena kita tidak menyadari bahwa Tuhan berdaulat dalam hidup kita termasuk dalam masa yang sangat krisis, sehingga hidup kita penuh dengan kemarahan, dendam, ketakutan, kekuatiran, dll. Kita sibuk mengendalikan hidup kita sendiri dan lupa pada Tuhan yang pegang kendali hidup kita.

Oleh karena itu biarlah kita belajar untuk mengingat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Dengan demikian kita berserah penuh kepada Allah sehingga Allah dengan leluasa memakai kita untuk menjadi alat-Nya membawa damai bahkan memelihara kehidupan sesama.

Biarlah Tuhan menolong kita. Amin.

Oleh: Sdri. Marce Tangaguling

 

share

Recommended Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *