“APA YANG TERUTAMA DALAM HIDUPMU?”

—- No.: 31/08/XIX/2018 | Minggu, 5 Agustus 2018 | Bahan: II Raja-raja 20:2,13 —-

Tujuan hidup kita jauh lebih berarti daripada kesuksesan pribadi kita, kehidupannya yang harmonis, atau bahkan kebahagiaan kita. Jauh lebih besar artinya daripada keluarga, karir, cita-cita kita sekalipun. Jika kita ingin mengetahui mengapa kita ada di dunia ini, mengapa kita terlahir seperti ini, dari orang tua yang seperti ini, bahkan kadang kita bertanya mengapa kita bekerja di perusahaan seperti ini dengan segala tugas dan tanggung jawab seperti ini, kita harus memulainya dengan Allah, karena kita dilahirkan oleh tujuan-Nya dan untuk tujuan-Nya. Untuk menikmati dan melihat ini kita harus mempunyai iman yang teguh kepada Tuhan II Raja-raja 19 : 15 – 17. Hizkia mengutamakan Tuhan dalam segala perkara yang sedang dihadapi.

Di dalam kehidupan Kristen imanlah yang merupakan kunci masuk dalam Kerajaan Kekal dan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menikmati keajaiban Tuhan. Iman memiliki kekuatan untuk membentuk pikiran, kata-kata, dan tindakan. Iman memiliki kekuatan untuk merespon setiap masalah dari dimensi Allah. Dengan iman dan ketaatan kita akan menerima berkat dan mukjizat dari Tuhan. Kita belajar dari Hizkia ketika mengalami sakit apa yang dilakukan adalah berdoa dan beriman serta ketaatannya kepada Tuhan. Dan mukjizat Tuhan terjadi dalam hidupnya.

Iman yang sejati adalah iman yang bertumpu pada keyakinan bahwa semua yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan, dialami, dan dikerjakan Tuhan dalam hidup kita adalah yang terbaik. Seseorang yang telah memiliki iman yang sejati, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Ia tidak akan bersungut-sungut di dalam segala keadaan
  2. Ia akan bersukacita dalam segala hal
  3. Ia tidak akan memaksakan kehendaknya kepada Tuhan
  4. Ia akan tetap mempercayai Allah sekalipun keadaan tidak memuaskan hatinya
  5. Ia tetap percaya sekalipun permohonan doanya tidak dikabulkan.

Pada saat pengenalan kita akan Allah rendah, kita sulit membedakan mana kehendak Allah dan mana kehendak kita sendiri. Semakin tinggi pengenalan kita pada Allah, maka kita semakin tidak memiliki kehendak, melainkan hanya kehendak Allah di dalam kita saja yang kita lakukan. Paulus berkata, hidupku bukanlah aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalamku.

Marilah kita belajar dari Hizkia yang mengutamakan doa dengan Iman. Akibatnya menerima tanda yang ajaib dari Tuhan. Dalam (Yakobus 5:15 “dan doa yang lahir dari Iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika Ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni)”

Statement: “pada saat kita memiliki hubungan yang intim dengan Allah, ada tahap pengenalan akan Allah. Pengenalan akan Allah membawa kita pada tahap penundukan diri. Penundukan diri membawa kita pada ketaatan, yaitu taat pada perintahnya, yaitu ketaatan yang bukan hanya di mulut saja, namun juga taat dalam perbuatan. Tuhan Yesus memberkati”

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *