“JANGANLAH SESAT”
—- No.: 32/8/XX/2019 | Minggu, 11 Agustus 2019 | Galatia 6:7-10 —-
Saat merenungkan judul di atas, saya ingat cerita Tuhan Yesus yang memberi pesan kepada orang Farisi. Saya merenungkan kisah itu demikian:
Suatu hari ada seorang sedang melakukan perjalanan turun dari Yerusalem ke Yerikho; tiba-tiba hidupnya berada di tangan para pencuri yang merampoknya habis-habisan dan kemudian memukulnya hingga setengah mati. Dengan keadaan seperti itulah orang tersebut ditinggalkan oleh perampok. Kebetulan ada seorang yang tahu akan Firman Taurat turun melalui jalan itu tetapi melewatinya dari seberang jalan demikian juga seorang yang rajin melayani di Bait Allah ia pun berbuat hal yang sama.
Lalu datanglah seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan ke tempat itu. Konon katanya orang Yahudi dan Samaria saling memusuhi, alasan yang umum ialah orang Samaria memiliki tempat ibadah dan imam mereka sendiri. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya menyiraminya dengan minyak dan anggur lalu membalut luka-lukanya. Kemudian menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Di tempat itu ia mendampingi orang yang terluka tersebut, sampai keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, ia tidak memikirkan bagaimana menyayangkan satu dinar yang memiliki nilai upah pekerja harian selama satu hari. Yang ada dalam pikirannya adalah sebuah pesan kepada pemilik penginapan itu, “katanya: rawatlah ia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.”
Apa yang saya pikirkan dari kisah itu adalah kita mungkin tidak berbuat dosa, memang tidak ada yang kita lakukan. Tetapi ketika kita tahu tentang kebenaran dan kita tidak melakukannya di situlah kita berbuat dosa, di situlah kita salah jalan, di situlah kita menyimpang dari kebenaran dan di situlah sedang sesat.
Ketika kita diminta oleh Tuhan berkolaborasi untuk menolong orang, saling berbagi, memberi tumpangan, makanan, pakaian, disaat yang bersamaan kita diberi oleh Tuhan kemampuan untuk melakukannya, namun berbagai banyak alasan menjadikan kita tidak melakukannya.
Bila kehidupan iman seseorang membuat Roh Tuhan berkuasa atas dirinya maka segala tingkah laku hidupnya dilakukan karena mengasihi Tuhan. Tetapi bila kehidupan iman dikuasai oleh kedagingan maka tingkah lakunya ditentukan oleh ”ada apanya”. Kehidupan iman yang mengasihi Tuhan akan membawa jejak langkah kehidupannya serupa dengan Tuhan Yesus. Ia melakukan segala sesuatu dengan kasih, yaitu mengasihi apa adanya kepada saya dan saudara.
Itulah pesan Paulus kepada jemaat di Galatia, “jangan sesat”. Paulus mengingatkan jemaat Galatia sebagai orang yang dibenarkan di dalam Kristus yang telah menebus umat dari kutuk dosa. Supaya kita yang dibenarkan hidup oleh iman yaitu kita melakukan kebenaran Kristus di dalam kehidupan beriman supaya di dalam Kristus berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain. Selama masih ada kesempatan lakukanlah segala sesuatu dalam bertolong-tolongan dengan kasih, sama seperti Tuhan Yesus telah mengasihi kita apa adanya.
Yesus pun pernah bersabda kepada orang benar melalui perumpamaan: “Aku berkata kepadamu sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius. 25 : 40).
Recommended Posts
“MEMBACA TANDA-TANDA ZAMAN”
May 10, 2025
“MEMBERITAKAN KEPERKASAAN TUHAN”
May 03, 2025
“MENJADI GEMBALA BUKAN UPAHAN”
April 26, 2025