“HATI YANG PEDULI”

—- No.: 1/1/XXIII/2022 | Minggu, 2 Januari 2022 | Markus 5:21-43 —-

Di dunia tempat kita hidup saat ini, berita tentang diskriminasi terhadap suatu kelompok tertentu begitu sering kita dengar dan lihat. Rasisme, Seksisme, Xenophobia, dan berbagai diskriminasi lainnya terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk juga di dalam negara kita, Indonesia. Seringkali anak-anak Tuhanlah yang menjadi korbannya. Namun ketika orang atau kelompok lain yang menjadi korban, tak jarang orang-orang Kristen seakan-akan menutup mata dan tidak menghiraukan masalah ini. Terkadang tanpa sadar, umat Tuhan pun ikut melakukan diskriminasi terhadap suatu kelompok tertentu. Dan ternyata, hal ini terjadi pula pada umat Tuhan di zaman Yesus hidup. Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Bagi perempuan yang sehat, keadaan ini sudah merupakan siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan dikucilkan dari masyarakat, karena setiap orang yang menyentuhnya juga dianggap najis.

Dalam bagian firman Tuhan yang kita renungkan hari ini, Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, dan juga kepada kita saat ini, bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Di antara orang banyak yang berdesak-desakan di dekat Yesus pada waktu itu, ada dua orang yang berusaha mendekati Yesus. Ada seseorang pejabat penting di rumah ibadat, yaitu salah seorang pemimpin ibadah di sinagoge, yang datang secara terang-terangan untuk memohon kesembuhan atas seorang anak yang sedang sakit. Lalu ada satu orang lagi yang datang diam-diam karena ingin memperoleh kesembuhan yang selama ini dicarinya. Kalau Yesus adalah seorang yang diskriminatif dan membeda-bedakan siapa orang yang ditolong-Nya, tentunya Tuhan Yesus sangat boleh marah terhadap perempuan yang bisa dikatakan “mencuri kesembuhan” dari-Nya. Namun nyatanya bukan itu yang Tuhan Yesus lakukan. Yesus membiarkan diri-Nya disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan itu. Dan bahkan Tuhan Yesus memuji tindakannya sebagai sebuah tindakan iman yang berani dari perempuan tersebut. Inilah hati Tuhan kita, hati yang penuh dengan belas kasihan. Kepedulian dan kerinduannya untuk menolong seseorang tidak pernah ditentukan oleh status atau apa yang telah dilakukan oleh orang tersebut. Firman Tuhan mengatakan, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). Ia datang ke dunia ini untuk menebus dan menyelamatkan kita, bukan karena siapa kita dan apa yang telah kita perbuat, melainkan karena kasih-Nya yang begitu besar bagi kita yang terhilang dari-Nya. Oleh karena itu, bukankah sudah seharusnya kita juga bertindak demikian. Keselamatan yang kita dapatkan karena kasih Yesus yang tidak diskriminatif dan tidak membeda-bedakan, seharusnya juga membuat kita untuk peduli dan mengasihi orang lain tanpa membeda-bedakan. Marilah kita mensyukuri kasih Tuhan dalam hidup kita dengan terus menyebarkan kasih tanpa pandang bulu. Sehingga setiap orang yang merasakan kasih kita juga boleh turut merasakan kasih Tuhan dan mengenal-Nya dalam hidup mereka.

Oleh: Sdr. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *