“GEREJA YANG DIMURIDKAN DAN MEMURIDKAN”

—- No.: 20/5/XXIV/2023 | Minggu, 14 Mei 2023 | Bahan: Matius 4:18-22, 28:18-20 —

 Amanat Agung Yesus, firman Tuhan dalam Matius 28:18-20 yang menjadi perenungan kita hari ini, seringkali dipakai sebagai landasan akan pentingnya pengabaran injil. Sayangnya, saat ini banyak gereja yang melakukan penginjilan atau pelayanan misi, namun kurang dieksekusi dengan baik. Banyak gereja yang melakukan penginjilan dengan hanya berfokus “mengkristenkan” para pemeluk agama lainnya, namun tidak dilanjutkan dengan memuridkan para petobat baru itu. Sehingga tak heran kata “Kristenisasi” muncul dan menjadi suatu hal yang di pandang negatif.

Ironisnya, saat ini masih banyak gereja yang berfokus mengkristenisasi namun lupa untuk meng-“Kristusisasi” mereka. Gereja begitu fokus menjadikan mereka menjadi orang-orang Kristen namun lupa untuk menjadikan mereka murid yang rindu menjadi serupa dengan Yesus. Gereja begitu bersemangat dalam hal penginjilan namun melupakan aspek pemuridan. Pertanyaannya, benarkah Amanat Agung Yesus ini hanya berbicara tentang penginjilan?

Para penafsir Alkitab menjelaskan bahwa kata kerja utama dalam Amanat Agung Tuhan adalah kata “muridkan.” Kata ini adalah satu-satunya kata kerja dalam bentuk imperative, sedangkan ketiga kata yang lainnya (pergi, baptis, dan ajar) berbentuk partisip. Struktur kalimat yang seperti ini menyiratkan bahwa Amanat Agung terutama berbicara tentang pemuridan. Jadi, adalah sebuah kesalahpahaman jika kita lebih mengidentikkan Amanat Agung dengan penginjilan daripada pemuridan. Sebab penginjilan justru merupakan bagian dari proses pemuridan.

Sayangnya di zaman ini, banyak gereja yang sudah kehilangan esensi untuk pemuridan karena terlalu sibuk dengan banyak kegiatan. Bahkan banyak gereja yang melihat pemuridan sebagai sebuah program (sekadar kelompok kecil). Hanya sebagai sebuah kegiatan di antara semua kesibukan. Konsep ini jelas keliru. Pemuridan bukan sekadar sesuatu yang dilakukan oleh gereja. Pemuridan seharusnya menjadi segala-galanya yang dilakukan oleh gereja. Apapun kegiatan yang ditawarkan harus ditujukan pada upaya pemuridan. Oleh karena itu, percuma saja kalau gereja kita memiliki banyak kegiatan atau pelayanan, namun di saat yang sama jemaat di dalamnya tidak bertumbuh menjadi murid Kristus yang juga rindu untuk memuridkan orang lain. Yang seharusnya menjadi fokus utama gereja bukanlah banyaknya program, ataupun sibuk mengkristenisasi orang lain. Melainkan bagaimana setiap pribadi yang ada di dalam gereja dimuridkan untuk menjadi serupa dengan Kristus, sehingga kita yang sudah dimuridkan ini juga dapat “meng-Kristusisasi” orang lain. Soli Deo Gloria.

Oleh: Sdr. Nicholas Evan Setiawan, S.Th.

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *