“PERANTARA CINTA ALLAH”

— No.: 13/03/XXVI/2025 | Minggu, 30 Maret 2025| Bahan: Yesaya 50:4-9

Teks pada saat ini merupakan nubuatan tentang keselamatan dan pengharapan dari Mesias, hamba yang menderita. Siapakah yang dimaksud dengan Mesias itu? Kita mengerti sekarang bahwa yang dimaksud dengan mesias, tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus Kristus. Pada saat kita membaca teks ini dengan kata ganti orang pertama tunggal, pikiran kita mau tidak mau tertuju kepada mesias yang dinubuatkan, yaitu Yesus Kristus. Dia lah mesias yang menjadi perantara cinta/kasih Allah.

Cinta/kasih Allah dinyatakan dalam beberapa hal, yaitu: pertama, pemberi semangat. “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid” (ayat 4a). Lidah seorang murid, dari kata Ibrani: lesyon limmudim, artinya lidah orang-orang yang sudah diajar. Perkataan yang keluar dari Yesus Kristus berasal dari Bapa-Nya yang memberikan semangat baru bagi orang yang letih lesu. Cinta/kasih Allah dinyatakan dengan semangat yang selalu baru, tidak mengenal letih lesu.

Kedua, membuka telinga untuk Firman. “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid” (ayat 4b). Bapa menuangkan kata-kata pengajaran cinta/kasih tiap pagi ke dalam telinga Anak-Nya. Yesus tiap hari bangun pagi-pagi untuk berdoa, mendengar apa yang Bapa-Nya katakan (lih. Mrk. 1:35). Bapa memberitahu Anak tentang pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan.

Ketiga, membalas kejahatan dengan kasih. ”Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi” (ayat 6). Tema hamba yang menderita muncul sangat kuat pada ayat ini. Hamba ini tidak memberontak terhadap apapun yang diperintahkan Bapa kepada-Nya. Ia seperti tidak peduli terhadap dirinya sendiri, yang utama adalah perintah Bapa-Nya. Dengan sukarela menyerahkan punggung-Nya kepada para penyiksanya, menyerahkan janggut-Nya kepada yang akan mencabutnya, menyerahkan wajah-Nya kepada yang meludahi-Nya. Kerendahan hati yang demikian ini, yang meneguhkan bahwa Kristus yang adalah mesias itu benar-benar perantara dari cinta/kasih Allah.

Allah sungguh mengasihi umat-Nya. Ia merelakan anak-Nya yang tunggal mati untuk menebus dosa setiap manusia. Kita sebagai anak-anak Allah, tidak bisa tidak, kita juga harus menjadi perantara cinta/kasih Allah.

Oleh: Pdt. Eddy SS

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *