“MENATA HIDUP SEBAGAI IMAM-IMAM KECIL”

— No.: 14/04/XXVI/2025 | Minggu, 06 April 2025| Bahan: Yohanes 12:20-33

Gambaran seperti apa yang ada dalam benak Anda tentang pemimpin yang hebat? Orang-orang Yahudi yang hidup di zaman Yesus telah menciptakan gambaran tentang Mesias yang akan menyaingi pahlawan mana pun yang ada di muka bumi: seorang raja yang tinggi, berkulit gelap, dan tampan yang mengendarai seekor kuda jantan putih, siap memimpin pasukan Israel dalam menggulingkan tirani Roma. Itulah yang mereka inginkan; itulah yang mereka harapkan dan dambakan.

Yesus adalah Mesias dan telah datang sebagai Raja yang menang, tetapi tidak dengan cara yang mereka harapkan. Mereka secara selektif membaca janji-janji Perjanjian Lama. Yang mereka lihat hanyalah seorang penyelamat politik bagi Israel, tetapi janji tentang seorang raja yang menang jauh lebih besar dan jauh lebih komprehensif daripada yang mereka pahami. Mesias datang untuk membawa keselamatan rohani dari tirani dosa, bukan keselamatan politik dari tirani Roma. Masalahnya adalah visi orang-orang Yahudi: mereka picik. Mereka mengira musuh besar adalah Roma (11:48).

Kerajaan dan kekuasaan Yesus tidak seperti kerajaan duniawi lainnya. Kerajaan dan kekuasaannya tidak hanya tidak bersifat politis, tetapi juga telah terjamin ketika Raja mati. Kebanyakan raja memasuki kota itu diiringi sorak sorai rakyatnya dalam perjalanan mereka untuk duduk di atas takhta dan memerintah. Yesus memasuki kota itu diiringi sorak sorai orang banyak agar Ia dapat menggantikan mereka di kayu salib dan mati. Kedatangan orang-orang Yunani untuk menemui-Nya menandakan bahwa saat kematian Yesus akan segera tiba. Waktu yang ditetapkan untuk kematian Yesus di kayu salib telah tiba. Yesus hidup untuk mati. Kelahiran-Nya di tengah malam di Betlehem merupakan langkah pertama di jalan menuju Kalvari.

Kebesaran dan kehebatan Yesus sebagai Raja dinyatakan melalui kematian-Nya sebagai Imam Besar di kayu salib. Sebagai Imam Besar, Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban keselamatan. Inilah kesempurnaan dari diri Yesus yang seperti yang ditulis oleh penulis surat Ibrani: “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek” (Ibrani 5:9-10).

Marilah kita belajar untuk menata diri menjadi imam-imam kecil di masa kini yang tidak mementingkan diri sendiri tetapi mau berkorban untuk kebenaran menjadi pemberita Firman. Amin.

Oleh: Pdt. Eddy SS

 

share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *